Lalu melangkahkan kaki beratku mengambil travel berjalur ke kota Sepi, kota terakhir Bre.
Perjalanan memakan waktu sepuluh jam dan aku tiba hampir terlambat. Terlihat barisan duka telah melengkung di liang lahat, aku bergegas mendekat dengan bunga di tangan. Beberapa pemuda membantu langkah kakiku yang terseok untuk menempati urutan di paling tepi kotak makam.
Hingga diriku menggapai garis lubang persegi makam Bre, aku terpana melihat makam asri tepat berdampingan dengan lahat Bre, dan aku berusaha membaca grafir batu nisannya dengan mata sedikit buram.
Terbaca nama:  Luna Mansel, dibawahnya bertulis, telah terbaring  tenang istri tercinta dari Brewardane.