Dia tidak menyukai hujan, karena sudah terlalu banyak linangan. Hatinya masjgul. Lalu membereskan meja dan melakukan sesuatu sebagai hari-hari lainnya, seakan sengaja mengabaikan suara air yang mulai jatuh. Pertama rintik jatuh satu-satu, dan dalam hitungan detik tak lagi bisa terhitung, lalu hujan menjadi begitu rapat yang hanya dalam sekejap.
Sekelarnya, dia kembali ke ruang santap mengambil duduk dan tidak berbuat apa-apa, matanya hanya memandang garis hujan dari kaca embun jendela. Hanya itu.
Sampai dia mendengar bel pintu bercampur suara deru hujan, rupanya seseorang yang sudah langka akan menjadi tamu hari paginya, membuat hatinya tidak menentu sejauh hidupnya yang bagai selibat selama ini.
Perempuan baya itu mengambil daun pintu dan membukanya, sesosok perempuan muda cantik sudah berdiri lekat di hadapannya. Perempuan muda itu berbaju kelabu rambutnya berkilauan dari rundung butiran air, tapi dia tidak terlalu basah untuk hujan yang selebat ini.
Anda?
Saya Rani!
Pemilik rumah tersedak kerna dua kali dia mendengar nama Rani di pagi ini, dari yang pertama celoteh anaknya dan kedua dari pemiliknya sendiri.
Okey, masuklah Rani!
Gadis itu masuk ke dalam, langkahnya ringan seperti tarian, dia mengikuti nyonya rumah ke ruang makan yang masih meninggalkan aroma masakan.
Muaahh.. pastinya lezat sekali sarapannya? Apakah aku terlewatkan? Katanya membuka.
Mama rumah memandang tamu eloknya dan dia merasakan kehangatan nona tamu ini yang tampak polos dan berani, membuatnya senyum sendiri, Â lalu mengambil piring berisi steak krispi dan kentang goreng keemasan dari microwave.
Kau tampak lapar dan tubuhmu begitu kurus. Makanlah! Ibu rumah menyuguhkan sepiring lengkap breakfast.