Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jam 8 Megi

27 November 2021   14:30 Diperbarui: 27 November 2021   14:34 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber dari Pixabay

Hei! Hari! Kau sudah merampungkan poros A? Apakah kau ngelindur? Jawab Hari! Aku disentakkan oleh radio kurir dalam pickup yang ku setir. Kumplit Tuan Hendarso! Aku menjawab tuan Boss. Tuntas semua paket di dalam pickupku dan aku lagi terbelenggu oleh Megi yang menunggu, sementara waktu seperti merenggut perdetik menuju jam delapan.

Hei! Hari! Aku perlu kau cepat! Kembali tuan Boss menyeruak. Aku membanting kemudi berputar menuju gudang, dan Tuan Hendarso sudah berkacak bersama truk model tentaranya yang lebih besar lagi dipenuhi paket.

Kau harus mengejarnya Hari! Teriaknya. Membuatku melompat ke ruang kemudinya dan langsung ngegas mesin berat ini untuk bergegas mengirim  paket-paket tambahan sialan ini.

Malam semakin hitam truk tua ternyata ngadat, mesinnya terus memanas, jarum suhunya berada di merah skala. Panas, panas seperti gadisku Megi. 

Karung paket tersisa seonggok ketika vehicle kolot ini mogok di lampu traffic. Aku melepaskan truk rongsok itu dan menyeret karung paket kembali ke tepi. 

Menatap langit tanpa bulan pertanda jam sudah berputar jauh. Aku melompat ke mobilku dan memundurkan pol lalu hanya suara menderu membawa bayangan keras kepada gambar cantik Megi yang menanti. 

Menghayalkan perempuan Megi yang duduk di sofa biruku dengan regukan aromatik di bebatuan es yang berembun. Super ngebut aku menyisakan karet ban berderit-derit. Aku harus pulang jam 8, dan 8 adalah batas waktu untuk Megi. 

Menerabas  lampu lalu lintas yang hanya bersuara warna merah, aku tak peduli, hingga separuh blok apartemenku tercapai, aku sudah menahan mobilku diam di rodanya yang  dengan brake penuh. Suaranya berderit menyisakan garis-garis legam di aspal.

Akupun memasuki apartemen, berlari menyusuri lorong, memasukkan kunci ke pintu dan membukanya...
Hanya kutemui gelas minumnya yang berdiri di meja tamu, dan sebuah catatan. Aku mengambil dan membacanya.

"Bocah payah! Aku sudah menunggumu sampai jam 3 pagi. Kamu tidak mencintaiku. Aku sudah minum sepanjang malam, seseorang lain akan mencintaiku. Kamu Sucks! Son of a B***!
Megi.

Badanku lemas, melihat dinding menunjukkan jam lima pagi. Lalu aku menuangkan minuman, membiarkannya mengalir ke bak mandi. Merenungi, masih ada 5000 bar di kota ini, mencari Megi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun