Hei! Aku Megi! Perempuan di depan itu menjulurkan lengannya dan aku mengambilnya. Hari! Kataku, mungkin hampir tak terdengar. Sementara perlahan aku mengangkat arah mataku yang sudah separuh perjalanan itu, mulai dari pinggul terus ke puncak hingga berakhir di dalam parasnya yang menyimpulkannya.
Ya, ampyun.. dia  seksi, dia sangat seksi.
Ku pikir kau selalu di meja ini. Bukankah demikian? Perempuan itu bicara lagi. Aku membeku. Tidak pada matanya, aku melihat bibirnya delima merah dan tirus dagunya. Ada hangat ku pikir tepatnya dia hot!
Bukankah? Wanita itu menegaskan tanyanya.
Ah! Maaf! Aku mengangguk.
Siapa namamu tadi? Eh! Heri, Haru.. Hari? Bibir merahnya menggoda.
Hari! Jawabku.
Ah! Sorry! Hari, maukah kau menyilakanku minum?
Membuatku salah gaya, lalu menggeser satu can ke dekatnya. Dia meraih dan.. Craack! Dia merobek penutupnya lalu menenggak. Beberapa berlelehan membuat ku tak tahan.
Selanjutnya dia berbicara banyak sehingga merobahku dari introvert menjadi ekstrovet, bahkan terlalu berkobar, hingga malam tak terasa menggelinding menyentuh pinggir pagi.
Apakah kau akan membawaku? Begitu akhirnya sampai di titik obrolan. Aku tertegun.