Hari..? Perempuan itu merajuk.
Mmmm.. maaf. Bukankah itu terlalu cepat?
Hei! Hari! Apakah kau lelaki dari antah berantah?
Mmm.. aku harus bekerja pagi ini. Mungkin esokkah?
Tentu saja, kau akan mendapatkannya, Hari! Wajah perempuan itu bertambah menyedot sukmaku. Lalu dia bangkit gemulai melepaskan aroma harum menghujam ketika hendak melepas pergi.
Namun sensor sarafku bekerja sebelum melewatkannya. Hei, Megi! Kau berhak ke alamatku ini!
Jam delapan? kataku.
Oke! Jam delapan! Dia mengulang, juga mengeja addressku, lalu dia berlalu. Aku halu, menampak lambaian tubuh semampai menjauh tatapan yang tak terhenti. Dia seksi, dia sangat seksi!
Aku masih beberapa menit kemudian buat meredakan, dan tak ingin kehilangan kesempatan. Begitu cepat merambat, aku tiba-tiba merasa tidak ingin orang lain memilikinya. Aku seperti tak tahan dengan ini. Aku belum pernah! Dan aku pikir aku akan gila...?
***
Pagi yang sudah merambat kali ini tidak mengusik, malah merancah pikiran, tidak bulat kepada pekerjaan seperti layaknya. Menjelang gaweanku sehari-hari sebagai kurir yang selalu mengukur ketepatan menjadi seperti bercabang.Â
Jam delapan? Yak! Jam delapan malam ini, Megi, perempuan panas itu akan hadir menempati ruang apartemenku setelah semalam ku serahkan kunci serep pintunya. Aku harus pulang tepat waktu, atau dia akan pergi.
Sepagi ini saat kerja belum dinyalakan, aku sudah tak tahan dengan itu. Itu bodoh dan aku tahu, childish, tapi bodo amat. Aku pikir aku telah terjebak di dalamnya, aku tertangkap dan aku menikmatinya.