Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Segitiga

6 Agustus 2021   09:30 Diperbarui: 6 Agustus 2021   09:42 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya ingin mati bersama kamu! Timpal saya tidak peduli.

Hei! Perempuan di hadapanku menutup bibir merahnya dengan tangannya seperti melihat  sesosok hantu.

Hanya saya yang bisa membahagiakan kamu! Jawab saya mantap.

Tidak, pria muda! Kamu harus pulang dan menemukan jalanmu! 

Terdengar di telinga saya suara merdu yang tegas mengiris seperti putusan pengadilan. Lalu dia berdiri di ketinggian dan meninggalkan saya dengan langkah anggun tanpa suara.

Semenjak hari itu, hati saya  patah berkeping-keping. Dan ternyata patah hati parah yang pertama ini, membimbing saya ke dalam bumi yang kurang lumrah.

Sejalan dengan proses kedewasaan saya kemudian, saya seperti menempatkan diri saya untuk tidak bisa jatuh cinta kepada gadis biasa. Tak ada hormon 'cupid' bagi gadis-gadis 'single' di hati saya, ketika mereka hadir silih berganti ke dalam panggung lelaki saya. Saya tidak pernah tertarik dengan perempuan-perempuan jomblo, saya mengalami mati rasa terhadap nonik-nonik bujangan, secantik apapun, saya merasakan kekeliruan ini tapi disisi lain saya menikmatinya.

Disisi dominan bahwa saya mulai merindukan untuk memiliki kekasih yang telah berpasangan, saya terobsesi dan melihat perempuan yang sudah memiliki pacar tampak memesona. Dewasa dan menyimpan cinta rasa 'original', mapan dan tidak kecentilan.

 Tidak terhitung, kali ke berapa saya memburu wanita yang sudah berdua dan selalu berakhir luka. Mereka menertawakan saya dan mengatakan saya abnormal, sampai ada yang menyebut saya 'rai gedeg'. Seperti duri kecil yang melukai namun dagingnya akan terbakar. Berulangkali sampai saya merasakan kenikmatan akan penolakan cinta saya kepada perempuan yang telah berpasangan. Hal ini seperti  menambah imun saya untuk mendulang cinta segitiga tanpa putus asa.

Menjelang tahun ke lima penyimpangan saya, akhirnya saya berjumpa dengan seorang perempuan cantik di sebuah kafe.
Saya sengaja modus mengambil kursi tepat berseberangan dengan dia yang duduk bersebelahan dengan seorang lelaki. Tampak mereka saling berbisik mesra dan berbagi tangan sambil sesekali mereguk kopi berasap. 

Nafas saya sedikit memburu, bergelora ketika mencuri pandang gadis berlelaki itu. Perempuan itu demikian ideal, cantik dan memiliki pacar pula yang membuat saya lebih tertantang. Tak lama keberuntungan datang, sang lelaki berdiri dan mencium perempuannya lalu meninggalkannya sendiri. Saya menanti sekejap dan tanpa jeda panjang saya mendekatinya dengan elegan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun