Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Segitiga

6 Agustus 2021   09:30 Diperbarui: 6 Agustus 2021   09:42 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya masih berbaring di ranjang dingin dalam kegelapan dan dalam kesedihan, memandang melewati kotak jendela hitam saya. Langit tengah malam hanya menggambarkan kesepian yang membungkus selesainya hari. 

Saya jarang bisa segera terlelap memikirkan tahun-tahun yang menjatuhkan saya ke tempat yang tidak semestinya. Sementara dari bulan yang bundar, saya selalu menemukan kekasih-kekasih, yang lain daripada yang lain. Perempuan-perempuan yang tidak biasa, tapi melulu memesona. Saya tak mampu menghindari dari pikatan mereka yang saya tahu bahwa mereka sudah terikat.

Mungkin saya memerlukan seorang ahli jiwa atau seorang psikolog untuk menolong penyimpangan ini. Tetapi, meski hasrat waras itu kadang-kadang muncul di dalam otak saya, kembali berulang saya mengabaikannya. Karena keinginan itu demikian perkasa, menguasai sekujur jiwa raga saya. Tidak ada tempat untuk akal sehat saya, ketika saya jatuh cinta, dan jika sudah demikian saya akan menjadi kekasih yang gila.

Entah apa latar belakangnya, saya tak berselera untuk memikirkannya, yang jelas saya mulai benar-benar merasakan jatuh cinta pertama ketika saya berumur tujuh belas. 

Saya bertemu dengan perempuan yang berusia lebih dewasa dan telah memiliki pacar. Saya ingat, saya menulisinya surat cinta, tapi dia tidak membalasnya. Namun saya pantang mundur, saya merasakan cinta yang demikian menggebu, sehingga pada kesempatan yang ada, saya menemuinya untuk mengutarakan kasmaran hati saya. 

Perempuan itu mendengarkan dengan mata yang selalu saya ingat dan wajahnya yang menyembunyikan kegelian. Saya bisa melihat dan merasakan kata-katanya. Dia tersenyum kecil dan menggeleng sambil mengusap bagian atas kepala saya seperti saya ini anak kencur.

Hei! Ini keliru, pria muda! Katanya.

Saya mencintai kamu! Sahut saya menghujam. Mata perempuan indah itu membeliak meneliti sekujur tubuh saya.

Tidak! Yang perlu kamu perbuat adalah bergaul dengan perempuan seusia kamu! Dan ingat aku telah mempunyai pacar!

Bukannya 'shock', suara merdu perempuan itu semakin meninabobokan saya dan kepala saya serasa melayang. Spirit saya pun memuncak untuk menembus batas adrenalin saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun