Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Italia Memarkir Bus untuk Membangunkan "Kick and Rush" di Rumah Wembley

7 Juli 2021   15:39 Diperbarui: 7 Juli 2021   15:42 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Italia vs Spanyol di Stadion Wembley, dalam laga semifinal Euro 2020, Rabu (7/7/2021) dini hari WIB. Sumber :pojoksatu.id

Dalam Euro 2020 kesebelasan Italia  yang digadang Roberto Mancini telah didapuk sebagai "New Italy" oleh rakyat sepakbola. Skuad Italia telah bertransformasi menjadi " Nuovo Gli Azzurri" Si Biru Baru dengan bermain tinggi, powerful dan cepat. 

Sejak sepakan pertama dimulai oleh 24 Euro 2020, Italia tiba-tiba berada di dalam lompatan jauh melewati sepak bola modern yang pernah dimainkan kelompok Eropa.  Rakyatpun berdecak kagum menatap kecemerlangan "Casa Savoia" ini.

Namun panggilan alam menempatkan kesetimbangan penglihatan yang paling adil. Di kala kompetisi semakin mengerucut, secara psikologi suatu kesebelasan akan semakin terlihat kembali ke dalam alam habitatnya, tanpa terkecuali Italia. 

Terlihat sejak berhadapan dengan Austria yang berciri sepakbola garis tinggi, cepat, dan mengayun seperti 'bundesliga', mulai terlihat gejala Italia kembali ke 'heritage'. Berlanjut ketika berhadapan dengan Belgia, tampak parkiran 'bus' Italia mulai terlihat untuk bertahan di skor 2-1. 

Dan teranyar di dini tadi, ketika Spanyol  memulai detiknya dengan penuh gaya membentuk lingkaran di sepertiga lini Italia. Dan sepanjang musim itu, Italia betul-betul memarkirkan semua bus untuk melakukan 'penyekatan' lintas 'box-to-box' Sergio Busquets bersama Pedri, gelandang brilian 18 tahun, untuk membagi poros tak terduga dengan Olmo-Oyarzabal. 

Tak ada jalan lain kecuali 'long ball' harus dimainkan Mancini, meski menciptakan rekor 8 offside di turnamen dalam 30% posesifnya.  Hujan bola lambung yang panjang dari belakang ke depan, tiba-tiba mengingatkan kelahiran 'kick and rush' Timnas Inggris, sekitar empat dekade lalu.

"Menurut saya, dengan masih menganut gaya bermain "Kick and Rush", Timnas inggris mengalami kemunduran gaya permainan. Mereka tak mampu berbuat banyak dalam bermain sepakbola," sindir Franz Beckenbauer seperti dilansir laman the Sun, saat perhelatan Piala Dunia 2010.
Dan Gareth Southgate akan semakin menambah kerut di keningnya , seandainya besua Italia di pertandingan 'grand' Eropa ini.

Penonton sangat beruntung, ketika Spanyol yang berani, tidak merelasi 'cattenaccio' Italia, sehingga pertandingan berjalan menarik. Enggak kebayang jika Spanyol seiring dengan Italia merapikan barisan bus nya pula, pertandingan akan menjadi ruang tunggu yang membosankan. Namun passion alamiah kembali berbicara, terjadilah yang terjadi, terhadap Spanyol dan Italia untuk kembali otentik.

Meski angka pertandingan menunjukkan 1-1, tapi jujur dari kualitas teknik permainan memukau yang dimiliki tim Luis Enrique, Spanyol layak memenangkan keseimbangan ini. Akhir tos-tosan adalah bukan permainan, itu hanya kesalahan dari keberuntungan untuk menggenapkan arogansi skor. 

Sehingga ketika kesedihan telah surut ada kebanggaan 'La Furia Roja', bahwa pesta baru saja dimulai, karena telah lahir generasi baru yang dipenuhi bintang muda tak kenal takut yang menjadi kemenangan sepakbola itu sendiri dan meninggalkan kondektur-kondektur tua.

Soal taktik memang selalu dibayangi kesalahan atau keberhasilan ibarat dua sisi koin. Keterlambatan memasukkan Alvaro Morata sebagai antiklimaks dari kejutan starting sebelas Mikel Oyarzabal dan penetapan pesepak penalti yang tidak equilibrium, membuat Spanyol harus memberikan tempat final kepada Italia. 

Penunjukan Olmo yang telah mencapai titik 'fatigue' dan Morata yang telah melewati passion haus gol nya sehabis menit pertandingan usai, adalah keputusan 'aneh' dari Enrique. Sama sekali tidak terlihat margin dalam putaran penalti yang kejam ini.

Momen Italia sendiri, tergambar dari adrenalin memantul lewat serangan balik Azzurri, seakan menyiratkan peringatan bahwa mereka bukan semata pemarkir bus tapi memiliki seorang Federico Chiesa,dengan gerakan tidak sinkron untuk membuat kengerian dapur Spanyol. 

Wajah ramahnya tidak menyiratkan bahwa dalam gerakannya Chiesa adalah predator dengan pisau cukurnya yang menyayat ruang kecil untuk menerbangkan tendangan keras ke jala, seperti skor 1-0 yang dibukukannya. Selebihnya Itaila kembali ke dalam pola bermain ortodoks di belakang berirama Jorginho sebagi konduktor yang berdiri di depan ruang parkir yang penuh.

Alvaro Morata membalasnya setelah menunggu 10 menit subtitusinya, karena dia sudah melihat lengkungannya bersama Dani Olmo. Spanyol mencapai tepi puncaknya ketika Morata hanya menggeser bola satu-dua selipan dari Olmo untuk mengecoh Donnarumma, dan memperpanjang waktu pertandingan. Spanyol pun memulai perpanjangan waktu dengan pergerakan lelah namun masih menekan Italia yang menatap sirkus penalti.

Sebelum penalti ditendang, aroma kejayaan penalti Italia sudah tercium. Tatapan datar dan senyum bayangan Mancini adalah benak yang tak tergoyahkan dari upaya untuk menggulingkan Inggris atau Denmark di ujung lorong.

Pada malam yang mencekam di bawah kesuraman langit musim panas London, terekam untuk beberapa saat seolah-olah Italia asuhan Roberto Mancini mungkin telah mencapai jalan mendua yang kembali menyatu ke asalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun