Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pintu Kafe

29 November 2020   23:12 Diperbarui: 29 November 2020   23:12 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Willgard Krause dari Pixabay

"Ehh.. saya kira dia dipanggil begitu Om.."

"Jadi betul? Kamu tau dimana?"

"Sapa?"

"Sarah!"

"Sepertinya dia masuk pintu itu..ehh maaf Om.."

Barista yunior itu berlari menuju meja pelanggan yang mengangkat tangan. Meninggalkan ku di kesendirian yang riuh, seraya ku menatap pintu itu yang rapat tertutup. Ya, pintu yang menyimpan pandang mata perempuan itu jika benar dia dipanggil Sarah. Aku menantinya sekarang di jam sama, seperti kemarin ketika dia melesat melewati pintu itu. Menyisakan sorot mata dan kecantikan meski hanya 'vignet'. Demikian singkat, bahwa pintu itu sekelebat membuka dan sesingkat pula menutup bak menyimpan sihir.

"Maaf tuan, pintu itu 'private'" Seorang lelaki  dengan seragam berbeda menegur, ketika ku menempel ke pintu. Aku tersipu dan menjauh lalu mengambil kursi tinggi meja bar dan bersikap manis. Orang besar tadi sudah tidak menatapku lagi, membuatku sedikit rileks. Kali ini berharap perempuan itu muncul, entah dari pintunya atau dari manapun, aku tidak peduli. Mencoba menunggu bersama waktu dan debar yang semakin melebar. Tanpa terasa waktu jenuh menentukan hampir tengah malam, sedang kafe tetap saja ramai bahkan semakin tebal. Orang orang berkongkow, memadu cinta, diskusi atau hanya sekedar menikmati kopi. Dan aku merasa tidak termasuk, aku tidak untuk mengopi mungkin lebih tepat tersesat. Aku hanya menunggu Sarah, begitukah namanya? Barangkali. Menunggu pintu terbuka, kerna aku pernah melihatnya kemarin, Sarah dan pintu itu, seperti saling mengendalikan. Pintu yang tiba tiba terbuka dan Sarah melangkah masuk yang seketika pintu tertutup kembali. Selesai. Seperti tidak terjadi apa-apa kecuali pintu yang kembali diam.

Ku pandang sekitar, tak satupun terkantuk, seakan tak rela kafe menutup, orang tak terlihat beranjak berniat mengirim malam yang tak perlu. Aku masih menunggu. Namun tepat jarum di dua puluh empat, pintu itu terbuka. Hatiku berdetak dan berharap Sarah muncul, Namun tiada tanda. Hanya ku lihat awan melimpah didalamnya  dan mulai mendesak keluar. Otakku seperti tersesat, ketika mataku berkeras menjelajah ke lorong pintu. Namun aku merasakan kehangatan dan kemewahan didalam sana, sebelum dengan cepat pintu menutup kembali. Aku tak bisa memasukinya, kerna begitu instan. Kembali seperti semula, pintu itu merapat, diam, tidak ada perempuan Sarah, yang seharian kemarin mengikat penasaranku. Hanya sebuah pintu tertutup dan hati membekas. Aku seperti makin tersesat, tapi melihat jalan kembali, namun tak berkehendak mengambilnya. Kerna pintu seketika menutup, seakan menghapus jalannya, menjerumuskanku pada rasa tersesat dua kali lipat dari semula. Namun sebaliknya, aku merasakan kelipatan kesengsaraan ini mencerahkan, kerna aku telah mengetahui kesesatanku.

Aku menatap sekeliling ruang kafe, keramaian belum lagi pupus. Bau kopi meraung-raung memaksimalkan aromanya.  

"Bagaimana Om.. sudah ketemu..?"

Aku menggeleng "Tidak"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun