Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Memilih Pengantin

28 Juli 2019   18:36 Diperbarui: 28 Juli 2019   19:39 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meri menjalani hari hari nya seperti perjalanan puisi. Bercermin cahaya fajar lewat jendela yang terbuka dan menutupnya kembali di sempurna warna senja. Meri menulis puisi hati, bunga dan lebah di pagi yang cerah lalu melepas kata muram di hari yang selesai, soal perjalanan lara, kehidupan yang tak panjang dan kematian.

Mengurung tubuh kurusnya hampir selama separuh rotasi matahari terhadap bumi didalam kamar yang selalu disukai dan dipujanya. Sesekali dia melangkah ke ruang udara, menatapi bunga yang sering dirampok rombongan kumbang yang berbeda dengan rama rama yang lembut dan santun memindahkan benang sari, tak semata menyeruput sari madu.

Tak ada selain itu. Tanpa rumah tangga, tanpa status pekerjaan yang sombong. Hanya melulu rumah puisi seperti nuansa bening tanpa selingkuh atau mendua hati pekerja setengah karir kepada puisi.

Meri, Meri, perawan ayu mendayu mimpi bagai benar terjadi. Bukankah puisi yang bagus itu harus memiliki taman imajiner dengan katak nyata didalamnya? Bukan aliran kata yang bermain meliuk seperti pertunjukan ular.  Ataukah semacam tas dari kulit ular? Yang kabur dari gagal dalam perenungan "Ars Poetica".

Bergulat dengan mimpi mimpi adalah pemilihan dan penajaman. Meri adalah pengantin sepanjang waktu bersama kekasih kekasih mimpinya.

"Ya, Tuhan. Engkaulah yang berhak menentukan manakah mimpiku yang adalah nyata" Meri selalu memasrahkan mimpinya kepada sang maha konfirmasi.

Sehingga mimpi yang terbaiklah yang diberkahi Yang Maha Kuasa membuat mimpi itu bagai benar terjadi.

"Kerna ku tau ya Tuhan. Engkau memberi kepadaku pengalaman fiksi sedemikian jelas mendekati kenyataan keyakinan" Meri berkelanjutan.

Pengetahuan adalah kepekaan rasa berdasarkan atas reka bukti nyata atau bukti konkrit, dan lalu puisi puisinya pun menjelma menjadi dunia imajinatif yang lebih nyata dari puisi yang berbasis ilmu pengetahuan aksara.

Dimalam yang tanpa bintang Meri memadu impiannya diperaduan menciptakan mimpi.

"Mimpi ini akan lebih solid daripada tempat tidur kosong ku di pagi nanti" Meri menuliskan di kalbunya malam ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun