Hanya ketika lewat paruh malam, sontak kejadian Kepin belingsatan didalam tidurnya. Kata orang itu sih, tindian.
"Uuhh..eehh...iihh.." Kepin meronta seakan ditindih balok rumah.
"Yang..yang.." Aurin terbangun kejut  lalu mengguncang kepala swaminya.  Namun Kepin bergeming, angger saja dia tetap huhehih.
"Cape deh.." Aurin sedikit sewot, lelapnya terganggu. Menekan tombol lampu, lalu meraih kemasan  air mineral dan segera membanjurkan ke muka Kepin yang bermimik aneh. Tentu Kepin dingin gelagapan.
"Hujan..eh.." Kepin keburu ngeh, ketawa sendiri.
"Kamu ngimpi apa yang?"
"Basah yang"
"Ngimpi basah?"
"Bukan. Kepalaku basah" Aurin senyum pingin njitak swaminya tapi kurang tega.
"Tidur aahh.." Aurin mematikan lampu untuk kembali mapan.
Lalu gelap, diikuti tidur ngorok halus Aurin seperti pelor, nempel molor. Tersisa suaminya yang grasak grusuk nggak bisa tidur, nggak bisa tidur, seperti sorakan gagal  acara super dealnya Andika dan Edric.