Dan bagi para pemujanya, kematian Iskandar adalah bentuk "penghabisan" rezim terhadap suara keadilan dan idealisme.
Â
Kualitas Sinematografi dan Estetika
Berangkat dari kesederhanaan, Usmar Ismail tetap menampilkan pengaruh kuat sinema Eropa, terutama gaya realisme Italia. Kamera hitam-putih yang kontras, pengambilan gambar jalanan Bandung malam hari yang sunyi mencekam serta pencahayaan ekspresif, menjadikan film ini sangat kuat dari segi cerita, juga dari aspek teknis dan visual.
Musik yang minimalis justru memberi ruang pada suasana sunyi dan tekanan psikologis tokoh. Editing film sengaja di stel lambat namun presisi, adegan pun terasa hidup dan menyentuh!
Penghargaan dan Warisan Budaya
Tahun 2012, film ini direstorasi oleh World Cinema Foundation milik Martin Scorsese bersama National Museum of Singapore, kemudian ditayangkan kembali di Festival Cannes dan berbagai festival film internasional. Film 'Lewat Djam Malam' juga masuk dalam 100 film Indonesia terbaik sepanjang masa versi LSF dan kritikus film Indonesia.
Referensi:
- Krishna Sen dalam bukunya Indonesian Cinema: Framing the New Order (1994), menyatakan bahwa Iskandar adalah personifikasi dari "kehilangan arah etika" dalam masa transisi negara.
- Buku Usmar Ismail: Artist of Indonesian Independence oleh Salim Said juga menyebutkan bahwa film ini adalah "protes halus" terhadap transformasi revolusi menjadi status quo baru yang represif.
- Biran, Misbach Yusa. Sejarah Film Indonesia. Komunitas Bambu, 2009
- World Cinema Project -- Martin Scorsese: https://www.film-foundation.org/lewat-djam-malam
- National Museum of Singapore (2012). Restoration notes on Lewat Djam Malam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI