Mohon tunggu...
Alfa Bamsky
Alfa Bamsky Mohon Tunggu... Just human being yang hobi bikin artikel ringan, lucu dan renyah.

Better late than never...

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

LEWAT DJAM MALAM (1954), Ketika Merdeka Raga Tak Berbanding Lurus Dengan Merdeka Jiwa

19 Juli 2025   14:03 Diperbarui: 19 Juli 2025   14:03 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iskandar Sang Pahlawan (Sumber: montasefilm.com)

Ia tak memiliki lidah seperti kawan-kawannya yang mampu bertutur elok sedap memikat telinga masyarakat Indonesia. Iskandar merasa terasingkan oleh kehidupan yang ia perjuangkan. Ia merasa satu satunya skill yang ia miliki adalah mengangkat senjata dan memberondong musuh di medan laga!

Pergulatan hebat terjadi dalam dada Iskandar!

Etika, moral, cinta dan trauma berkelindan-berbenturan tak sesuai harapan. Kian Iskandar merenung kian memuncak konflik didalam dirinya. Tak ia temukan kedamaian batin. Iskandar pun tersadar: Dirinya hidup di luar jam malam baik secara harfiah maupun batiniah.

Kian lama Iskandar kian 'teralienasi' dari kehidupan nyata. Idealisme yang mengakar kuat dalam dirinya membuncah. Pasca Indonesia merdeka, Iskandar tak mau lagi bergabung ke dalam pasukan inti. Praktis laku Iskandar ini dianggap desersi (kabur dari pasukan) tanpa izin setelah kembali dari medan perang. Ya, Iskandar dicap pembangkang!

Dirinya menolak bergabung kembali ke dalam militer sebab kekecewaan mendalam terhadap moral rekan-rekannya yang berubah. Di dalam selubung hati yang kalut, Iskandar berniat mengungkap kejahatan eks-komandannya, Gunawan, yang memperkaya diri setelah perang. Namun sayangnya dengan cara anarkis-konfrontatif.

Alhasil pihak militer melihat Iskandar sebagai ancaman, karena ia selalu mengantongi bedil ke mana-mana. Ia sambangi dus interogasi orang-orang dengan cara intimidatif. Dalam adegan ini Iskandar tampak emosional, tidak stabil dan terguncang.

Akhir Cerita

Meski dikemas hiperbolik dan dramatis, sang sutradara film sukses menyampaikan pesan tentang Iskandar sebagai representasi pejuang idealis yang tak kenal kompromi dengan realita hidup pasca kemerdekaan yang begitu hedon dan pragmatis. Betapa sang pahlawan frustasi mendapati suara nurani manusia-manusia seperti dirinya terabaikan dan tak mendapatkan tempat.

Indonesia yang saat itu masih 'remaja' lebih memilih menjaga stabilitas daripada mendengarkan kritik moral yang disampaikan oleh seorang ekstrimis. Iskandar pun ditangkap aparat dan dianggap subversif. Ia dijatuhi hukuman mati dihadapan regu tembak!

Sang hero pun dibawa ketempat sunyi melewati jam malam. Disanalah dirinya dieksekusi. Timah panas menghujam jantungnya!

Sejatinya Iskandar bukanlah penjahat perang, ia hanya tak cocok dengan sistem baru. Ia adalah pahlawan yang tak bisa hidup dalam tatanan yang dibangun dari kompromi, korupsi, dan pengkhianatan terhadap nilai-nilai perjuangan. Benturan hati menjadikan dirinya tumbuh kembang menjadi pribadi yang militan dan ekstrim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun