Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

86 Paket Sembako untuk Duafa

3 Januari 2021   15:30 Diperbarui: 3 Januari 2021   15:38 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bareng sblm menunaikan tugas mulia (foto: dok pri)

Minggu (3/1) pagi, sedikitnya 50 orang personil Relawan Lintas Komunitas (Relintas) Kota Salatiga, membagikan 86 paket sembako untuk para duafa di wilayah Kota Salatiga, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali. Seperti apa keseruannya di tengah cuaca yang kurang bersahabat, berikut laporannya .

Seperti biasa, kegiatan sosial yang digelar saban hari Minggu ke 1 saban bulannya ini, sebelumnya para relawan berkumpul di basecamp Relintas yang terletak di Jalan Ki Penjawi Nomor 14 Kota Salatiga. Di mana, setelah semua logistik masing- masing sudah berada di tangan relawan, selanjutnya Bambang Setyawan yang biasa disapa Bamset, selaku penanggungjawab Relintas memberikan briefing.

Tak banyak yang disampaikan oleh Bamset yang juga seorang Kompasianer tersebut, selain faktor keselamatan diri masing-masing relawan, ia juga menekankan pentingnya mengedepankan protokol kesehatan Covid-19. "Jangan cuma menyerahkan sembako terus pergi begitu saja, tapi sapalah duafa yang menjadi orang tua asuh kita," jelasnya.

Relawan dibriefing dulu oleh komandan Relintas (foto: dok pri)
Relawan dibriefing dulu oleh komandan Relintas (foto: dok pri)
Kendati para duafa yang menjadi orang tua asuh Relintas, lanjut Bamset, tersebar di berbagai pelosok pedesaan, ia menekankan pada relawan untuk mengajak komunikasi duafa yang dikunjunginya. Selain menanyakan masalah kesehatan, relawan juga harus melakukan pengecekan kondisi rumah sasaran. "Ini sudah masuk musim hujan, jadi jangan sampai rumah orang tua asuh kita mengalami kebocoran atau tergenang air," katanya.

Menutup briefingnya, Bamset memimpin doa agar perjalanan berangkat mau pun pulangnya selamat tanpa aral apa pun. Hingga akhirnya, 50 personil dibagi menjadi 9 tim kecil, selanjutnya masing-masing tim bergerak menuju sasaran dengan menggunakan armada 3 kendaraan roda empat dan 35 sepeda motor.

Relintas, kata Bamset, saat ini berusia 3 tahun, di mana bila awalnya hanya memiliki 25 orang tua asuh, belakangan meningkat menjadi 86 orang. Di mana, mayoritas duafa yang jadi sasaran Relintas merupakan orang- orang miskin yang tak pernah mendapatkan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dari pemerintah. Banyak faktor yang menyebabkan mereka terabaikan oleh negara, untuk itu Relintas mengambil alih (sementara) tugas negara.

"Ketika mereka mendapatkan PKH, selanjutnya kami coret dari daftar orang tua asuh, selanjutnya digantikan oleh duafa lainnya. Begitu seterusnya, termasuk saat orang tua asuh meninggal dunia, nantinya sudah ada yang menggantikannya," jelas Bamset.

35 sepeda motor dan 3 mobil siap bergerak (foto: dok pri)
35 sepeda motor dan 3 mobil siap bergerak (foto: dok pri)
Resolusi 100 Duafa

Bila di awal berdirinya di tahun 2018 Relintas memulai dengan 25 orang tua asuh, tahun 2020 angka tersebut meningkat menjadi 86 duafa. Karena donasi yang masuk dianggap mencukupi, maka, Bamset menaikkan jumlah duafa menjadi 100 orang.  Angka 100 itu tidak harus tercapai di bulan Januari, yang pasti di tahun 2021 nantinya bakal mencapai 100 duafa. "Jadi, kalau mau disebut resolusi tahun 2021, kami ingin menyantuni 100 duafa secara rutin," jelas Bamset.

Menurutnya, para duafa yang menjadi orang tua asuh Relintas, tak sekedar hanya diberi sembako tiap bulannya. Namun, Relintas juga memperhatikan faktor kebersihan tubuh orang tua asuhnya mengingat banyak duafa sasaran yang telah berusia lanjut dan kebetulan merupakan penyandang disabilitas seperti tuna netra, lumpuh mau pun pikun.

Salah satu sasaran Khoriah (24) lumpuh, buta & bisu (foto: dok pri)
Salah satu sasaran Khoriah (24) lumpuh, buta & bisu (foto: dok pri)
"Karena mereka jarang mandi, maka relawan kami yang perempuan, tiap minggu ke 2 dan 3 melakukan kunjungan duafa untuk sekedar memandikan, mengganti pakaiannya serta bersih-bersih rumahnya," ungkap Bamset.

Sedangkan di luar agenda  kunjungan duafa, Relintas juga sangat memperhatikan kondisi rumah masing-masing orang tua asuh. Dalam hal ini, ungkap Bamset, biasanya ada agenda renovasi dan bedah rumah. Untuk kerusakan ringan, langsung ditangani tim bedah rumah Relintas, sedangkan kerusakan parah bakal dilakukan bedah rumah total.

Dari seluruh kegiatan yang saban bulannya menelan biaya berkisar Rp 15.000.000 ini, jelas Bamset, semuanya merupakan donasi para hamba Allah yang tersebar di berbagai daerah dan negara. "Tak sedikit tenaga kerja Indonesia (TKI) yang rutin mengirim donasi tiap bulannya. Yang jelas, Relintas tak menerima donasi dari penguasa, pengusaha dan politisi," tuturnya.

Nyonya Bamset ikut blusukan ke pelosok Kab Boyolali (foto: dok pri)
Nyonya Bamset ikut blusukan ke pelosok Kab Boyolali (foto: dok pri)
Sementara itu, jalannya kegiatan berbagi 86 paket sembako terasa sangat berkesan di mata para relawan. Di mana, belum satu jam bergerak dari basecamp, cuaca seperti tak ramah. Kendaraan-kendaraan roda dua relawan mulai melewati berbagai jalan pelosok desa. Mereka baru beristirahat sejenak saat tiba di rumah orang tua asuhnya. Sembari "berdiskusi" kecil, setelah duafa yang disambangi dalam kondisi baik, mereka kembali meneruskan perjalanan.

Menurut Bamset, cuaca apa pun bagi relawan bukanlah menjadi halangan yang serius. Sebab, kendati nilai  sembako hanya Rp 100.000 perpaket, namun, kedatangan relawan selalu ditunggu para orang tua asuh. Pasalnya, satu paket mampu membuat seorang duafa (yang hidup sendirian) bertahan hingga 2- 3 minggu.  "Mungkin bagi orang kota, uang segitu ga ada artinya. Tapi bagi mereka, sangat berarti," kata Bamset.

Intan, gadis lumpuh & bisu di antara relawan lelaki (foto: dok pri)
Intan, gadis lumpuh & bisu di antara relawan lelaki (foto: dok pri)
Bamset sendiri mendapat jatah jalur Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali yang berjarak sekitar 30 kilometer dari Kota Salatiga. Sembari menyambangi para duafa yang berjumlah 8 orang, ia terus memantau laporan seluruh tim melalui grup WhatsApp. Memang Standar Operasional Prosedur (SOP) Relintas ketika menggelar aksi berbagi sembako, mengharuskan masing-masing tim melaporkan perkembangan terakhir.

Hingga akhirnya, pk 14.00 seluruh kegiatan berbagi 86 sembako untuk duafa dinyatakan tuntas. Kenapa memakan waktu berjam-jam? Karena antara satu duafa dengan duafa lainnya jaraknya lumayan jauh, hal itu masih ditambah relawan wajib mengajak berdiskusi sasarannya. "Alhamdulillah, di tengah cuaca yang tak ramah, seluruh kegiatan rutin ini  berjalan lancar," jelas Bamset. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun