Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Relawan Tangguh Pantang Mengeluh

18 Juni 2020   15:00 Diperbarui: 18 Juni 2020   15:05 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nana bersama relawan lainnya jelang kegiatan (foto: dok pri)

Pantang Mengeluh

Bila urusan cebok menyebok, memandikan sampai mengganti pakaian ortu asuh, Nana biasanya Nana langsung berada di garis depan. Tanpa ada perasaan risi sedikit pun, seluruh ritual ditanganinya.  Kadang, seusai "mengeksekusi" target, saat giliran istirahat makan siang, di sela- sela kuku jarinya masih tercium bau spesifik, yakni bekas kotoran duafa.

Bila tercium aroma lumayan sedap itu, sembari tertawa, Nana langsung mencuci bersih tangannya dan meneruskan melahap nasi bungkus di depannya. " Anggap saja bau tinja adalah aroma sorga," ujarnya sembari terkekeh.

Bersama Kartini merawat duafa yang tengah sakit (foto: dok pri)
Bersama Kartini merawat duafa yang tengah sakit (foto: dok pri)

Lantas, siapakah sebenarnya Nana ini ?  Dirinya tercatat sebagai warga Margosari, Kota Salatiga dan merupakan single parent. Di mana, selain menjadi relawan aktif, ia adalah ibu empat orang anak (semuanya perempuan). Untuk mencari nafkah, dia melakukan apa saja, mulai berdagang online, belakangan membuka kedai makan di areal warung komunitas di Jalan Veteran Kota Salatiga.

Sembari mengais rejeki untuk putri- putrinya, Nana tetap menjalankan agenda Relintas yang telah disepakati pengurus. Semisal ia berhalangan, dirinya segera memberitahukan pada Bamset selaku  penanggungjawab Relintas. Kendati begitu, semaksimal mungkin selalu berupaya hadir di tengah- tengah relawan.

Bersama Bamset dan relawan lain mengambil donasi kayu di hutan (foto: dok pri)
Bersama Bamset dan relawan lain mengambil donasi kayu di hutan (foto: dok pri)

Semisal dicerna lebih jauh, sebenarnya beban kehidupan Nana cukup berat. Meski begitu, ia menepis segala peluang keluhan. " Saat berada di tengah relawan, baik ketika bedah rumah mau pun kunjungan duafa, segala pikiran suntuk sirna," jelasnya.

Bamset sendiri, sebenarnya sering menyarankan agar ibu berpenampilan macho itu untuk fokus mencari nafkah, namun, saran tersebut kerap diabaikan. Menurutnya, dengan melayani duafa, merupakan suatu hiburan tersendiri baginya. " Soal setelah sampai rumah dipusingkan dengan berbagai kebutuhan ekonomi, itu urusan nanti," ungkapnya.

Mencuci kaki mbah Kalinah , duafa yang buta (foto: dok pri)
Mencuci kaki mbah Kalinah , duafa yang buta (foto: dok pri)

Pantang mengeluh di segala situasi memang sudah menjadi keyakinannya, begitu pun dalam berbagi, pemeluk agama Kristen ini, mengimplementasikan berbagi tanpa sekat apa pun. Bahkan, dari puluhan ortu asuh yang kerap disambanginya, taka da satu pun yang memiliki agama seperti dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun