Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Relawan Tangguh Pantang Mengeluh

18 Juni 2020   15:00 Diperbarui: 18 Juni 2020   15:05 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nana menggendong mbah Bainah usai dimandikan (foto: dok pri

Rusyana Nur Aryani biasa disapa Nana (45) merupakan personil di Relawan Lintas Komunitas (Relintas) Kota Salatiga, di mana, aksi- aksinya di lapangan kerap menginspirasi relawan muda lainnya.  Seperti apa sepak terjangnya selama dua tahun belakangan, berikut adalah catatannya untuk Indonesia.

Dua tahun silam, Nana, ibu dari empat orang anak yang berpenampilan macho itu, bergabung dengan Relintas Kota Salatiga.  Seperti galibnya relawan lainnya, ia selalu mengikuti berbagai kegiatan sosial di bawah komando Bambang Setyawan (Bamset). Di mana pun aktifitas sosial dilakukan, dirinya sembari membawa putri bungsunya bernama Chantika, tak pernah absen.

Nana bersama relawan lainnya jelang kegiatan (foto: dok pri)
Nana bersama relawan lainnya jelang kegiatan (foto: dok pri)

Saratnya kegiatan yang digelar Relintas, nyaris tiap hari Minggu, tak membuatnya jenuh. Mulai renovasi rumah, bedah rumah, berbagi sembako hingga kunjungan duafa, bisa dikata semuanya ia ikuti. Khusus agenda kunjungan duafa, sebenarnya relawan tak sekedar bertandang untuk memastikan duafa yang menjadi orang tua (ortu) asuhnya sehat- sehat saja, namun, akibat kondisi , relawan harus nyeboki, memandikan , mengganti pakaian sampai menyuapinya.

Nana ikut naik ke atas saat bedah rumah milik duafa (foto: dok pri)
Nana ikut naik ke atas saat bedah rumah milik duafa (foto: dok pri)

Koq sampai sedemikian rupa bentuk kunjungannya ? Ya, mayoritas ortu asuh Relintas adalah nenek- nenek duafa yang tak mendapatkan bantuan PKH (Program Keluarga Harapan) dari negara. Banyak faktor yang membuat mereka terabaikan, mulai dari tiadanya dokumen keluarga (KTP, KK), hingga memang belum terdata.


Celakanya, para ortu asuh yang usianya di atas 70 an tahun, juga didera virus kepikunan. Mereka sering lupa mandi  mau pun berganti pakaian dalam kurun waktu yang cukup lama. Untuk itu, relawan secara rutin (biasanya seminggu) sekali menyambanginya. Di sinilah, Nana dan rekan- rekan lainnya beraksi.

Si macho bergaya di sela kegiatan Relintas (foto: dok pri)
Si macho bergaya di sela kegiatan Relintas (foto: dok pri)

Ritual yang dilakukan Nana mau pun relawan lainnya, meliputi manicure alias potong kuku, nyeboki bagi ortu asuh yang baru saja buang hajat,  memandikan, mengganti pakaiannya dan menyuapinya (banyak yang lupa makan).  Untuk mengeksekusi ritual tersebut, biasanya selain Nana, juga ada relawan Siti Rosidah, Ririn Riyani, Kartini Rikho , Surani juga Vee Ull.

" Tega ga tega, kami harus melakukannya. Sebab, ga mungkin membiarkan tubuh mereka bau berhari- hari. Kami kan berbagi dengan hati, jadi perasaan jijik melihat kondisi mereka, harus dibuang jauh- jauh," ungkap Nana , Kamis (18/6) sore.

Memotongi kuku tangan alm mbah Warli (foto : dok pri)
Memotongi kuku tangan alm mbah Warli (foto : dok pri)

Pantang Mengeluh

Bila urusan cebok menyebok, memandikan sampai mengganti pakaian ortu asuh, Nana biasanya Nana langsung berada di garis depan. Tanpa ada perasaan risi sedikit pun, seluruh ritual ditanganinya.  Kadang, seusai "mengeksekusi" target, saat giliran istirahat makan siang, di sela- sela kuku jarinya masih tercium bau spesifik, yakni bekas kotoran duafa.

Bila tercium aroma lumayan sedap itu, sembari tertawa, Nana langsung mencuci bersih tangannya dan meneruskan melahap nasi bungkus di depannya. " Anggap saja bau tinja adalah aroma sorga," ujarnya sembari terkekeh.

Bersama Kartini merawat duafa yang tengah sakit (foto: dok pri)
Bersama Kartini merawat duafa yang tengah sakit (foto: dok pri)

Lantas, siapakah sebenarnya Nana ini ?  Dirinya tercatat sebagai warga Margosari, Kota Salatiga dan merupakan single parent. Di mana, selain menjadi relawan aktif, ia adalah ibu empat orang anak (semuanya perempuan). Untuk mencari nafkah, dia melakukan apa saja, mulai berdagang online, belakangan membuka kedai makan di areal warung komunitas di Jalan Veteran Kota Salatiga.

Sembari mengais rejeki untuk putri- putrinya, Nana tetap menjalankan agenda Relintas yang telah disepakati pengurus. Semisal ia berhalangan, dirinya segera memberitahukan pada Bamset selaku  penanggungjawab Relintas. Kendati begitu, semaksimal mungkin selalu berupaya hadir di tengah- tengah relawan.

Bersama Bamset dan relawan lain mengambil donasi kayu di hutan (foto: dok pri)
Bersama Bamset dan relawan lain mengambil donasi kayu di hutan (foto: dok pri)

Semisal dicerna lebih jauh, sebenarnya beban kehidupan Nana cukup berat. Meski begitu, ia menepis segala peluang keluhan. " Saat berada di tengah relawan, baik ketika bedah rumah mau pun kunjungan duafa, segala pikiran suntuk sirna," jelasnya.

Bamset sendiri, sebenarnya sering menyarankan agar ibu berpenampilan macho itu untuk fokus mencari nafkah, namun, saran tersebut kerap diabaikan. Menurutnya, dengan melayani duafa, merupakan suatu hiburan tersendiri baginya. " Soal setelah sampai rumah dipusingkan dengan berbagai kebutuhan ekonomi, itu urusan nanti," ungkapnya.

Mencuci kaki mbah Kalinah , duafa yang buta (foto: dok pri)
Mencuci kaki mbah Kalinah , duafa yang buta (foto: dok pri)

Pantang mengeluh di segala situasi memang sudah menjadi keyakinannya, begitu pun dalam berbagi, pemeluk agama Kristen ini, mengimplementasikan berbagi tanpa sekat apa pun. Bahkan, dari puluhan ortu asuh yang kerap disambanginya, taka da satu pun yang memiliki agama seperti dirinya.

Itulah sedikit catatan tentang sosok bernama Nana, di mana dalam setiap aksinya kerap menginspirasi para relawan muda lainnya. Padahal, apa yang ia lakukan, semuanya gratis tis tis, alias dirinya tidak memperoleh bayaran sepeser pun. Seperti personil Relintas kebanyakan, modalnya hanya ikhlas. Berbuat baik dan bermanfaat bagi duafa.  Mau ikutan ? Hayukkkk, bisa dimulai di kampung halaman masing- masing dulu. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun