Mohon tunggu...
Bambang Wahyu Widayadi
Bambang Wahyu Widayadi Mohon Tunggu... lainnya -

Menulis sejak 1979. di KR, Masa Kini, Suara Merdeka, Sinartani, Horison, Kompasiana, juga pernah menjadi Redpel Mingguan Eksponen Yogyakarta. Saat ini aktif membantu media online sorotgunungkidul.com. Secara rutin menulis juga di Swarawarga. Alumnus IKIP Negeri Yogyakarta sekarang UNY angkatan 1976 FPBS Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pernah mengajar di SMA Negeri 1 Sampit Kota Waringin Timur Kalteng, STM Migas Cepu, SMA Santo Louis Cepu, SPBMA MM Yogyakarta, SMA TRISAKTI Patuk, SMA Bhinakarya Wonosari, SMA Muhammadiyah Wonosari. Pernah menjabat Kabag Pembangunan Desa Putat Kecamatan Patuk. Salam damai dan persaudaraan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ditabuh, Kiai Laras Madu Bikin Bulu Kuduk Merinding

16 Januari 2019   07:08 Diperbarui: 16 Januari 2019   07:28 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rebab, simbol penyerahan gamelan hibah, foto bewe

GUNUNGKIDUL, Pememerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemda DIY) dalam memperkokoh ciri keistimewaan, mulai membagi-bagikan hibah gamelan perungu slendro pelog. Kabupaten Gunungkidul berdasarkan catatan Dinas Kebudayaan setempat memiliki 15 desa budaya, tetapi yang telah menerima hibah gamelan perungguh baru 3 Desa.
"Tiga  desa tersebut adalah Bejiharjo Kecamatan Karangmojo, Desa Kepek Kecamatan Wonosari, serta Desa Putat Kecamatan Patuk," ujar Drs. Ristu Raharjo, mewakili Kepala Dinas Kebudayaan, Gunungkidul, Agus Kamtono, (15/1/19).
Hal tersebut terungkap bersamaan dengan serah terima sepangkon (slendro pelog) gamelan perunggu di Balai Desa Putat oleh Dinas Kebudayaan DIY. 
Markus, atas nana Dinas Kebudayaan DIY, menyerahkan instrumen rebab, menandai bawa  gamelan yang kemudian diberi nama Kiai Laras Madu, resmi mejadi kekayaan Pemerintah Desa Putat. Dia mengakui,  bahwa Desa Putat merupakan gudangnya seniman dan budayawan.
"Nama Kiai Laras Madu, mirip dengan Kiai Guntur Madu, gamelan sekaten Kasunanan Surakarta," kata Markus dalam sambutan singkatnya.
Tambah berdecak kagum ketika Kiai Laras Madu dimainkan oleh para seniman kolaboratif usia, mulai dari anak-anak, dewasa serta pengrawit tua. Dalam mengiringi tarian bertajuk Persembahan, tabuhannya dinilai luar biasa.
"Bener-bener mirip cara menabuh gamelan kraton. Iramanya membuat bulu kuduk merinding," kata Markus memberi acungan jempol.
Di tempat yang sama, CB Supriyanto, ketua Dewan Kebudayaan Gunungkidul menilai, bawa penbonang muda atas nama Abigail Wahyu Satriyani memiliki bakat cukup menonjol.
Itu bukan hal yang aneh, menurut catatan Purwanto, sang pelatih, Abi, demikian sapaan akrab Abigail Wahyu Satriyani, adalah pembonang terbaik  tingkat kabupaten pada gelar desa budaya 28 Oktober 2018 silam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun