Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Durang Duraring Kuliah Daring

20 Mei 2021   12:03 Diperbarui: 22 Mei 2021   17:17 3033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Getty Images/Canva Pro

Hirup mah durang duraring. Lamun teu cageur nya gering. Hirup mah durang duraring. Lamun teu luring nya daring. (Hidup mah dibawa santai saja. Kalau nggak sehat, ya sakit. Hidup mah dibawa santai saja. Kalau tak luring, ya daring).

Hirup mah durang duraring adalah ungkapan bahasa Sunda yang populer. Dosen saya di Sastra Indonesia Unpad, Pak Ade Kosmaya (almarhum), mengutipnya dalam puisi. Lalu, Doel Sumbang juga menggubahnya dalam lagu. Saya pun mengutipnya dalam fenomena kuliah daring. 

Kuliah daring mah dibawa santai saja. Mereka yang boleh santai saja mungkin para mahasiswa. Saya sebagai dosen tetap saja tak mampu untuk santai.

Hari ini, 20/5 saya mengikuti rapat kelulusan di Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia). Kebetulan semester genap ini saya mengampu dua mata kuliah untuk empat kelas di Program Studi Penerbitan. Saya mengajar mata kuliah Penyuntingan Fiksi (semester IV) dan Dasar-Dasar Penyuntingan (semester II). 

Semester ini adalah kali kedua saya mengisi kuliah dengan cara daring, menggunakan aplikasi Zoom. Saya juga menggunakan aplikasi Google Class Room untuk mengelola kuliah, penugasan, dan asesmen.

Kuliah daring ini mengapungkan masalah tersendiri di telaga ilmu pengetahuan---biar agak dramatis. Penggunaan teknologi digital sedikit banyak membantu. Namun, ada saja faktor nonteknis yang membuat kuliah daring jangka panjang ini tidak efektif.

Meskipun saya generasi digital imigrant, tidak terlalu bermasalah dengan teknologi digital. Sedikit dan tertatih masih dapat mengikuti sehingga perkara teknis dapat teratasi.

Perkara nonteknis adalah durasi kuliah yang panjang berkonsekuensi pada kuota internet para mahasiswa. Tak semua mahasiswa saya mendapat bantuan kuota dari pemerintah. Alhasil, saya harus menimbang durasi kuliah yang panjang menjadi hanya sepertiga. 

Kuliah saya paling lama 60 menit. Sisanya dilakukan pembelajaran mandiri, termasuk praktik dan penugasan. Saya selalu menyiapkan materi presentasi dan beberapanya berupa risalah materi (handout). Saya pun kadang memvideokan materi agar dapat diakses setiap saat. Mahasiswa sudah sangat dimudahkan dengan materi terstruktur.

Masalahnya apakah mahasiswa itu serius untuk mau belajar mandiri? Saat kuliah daring saja, saya mempersilakan mereka mematikan video. Tentulah tidak dapat dikontrol apakah mereka benar-benar kuliah atau tidak. Jangan-jangan ya jangan-jangan, saya mengisi kuliah sampai berbusa, beberapanya malah bermain TikTok.

Pernah sekali saya mengajukan pertanyaan secara acak dan tiba-tiba. Satu-satu mahasiswa saya panggil. Ada mahasiswa yang tetap siaga, tetapi ada juga yang sudah menghilang. Alasan klasiknya sinyal internet hilang.

Puncaknya adalah saat UTS dan UAS yang memperlihatkan nilai mahasiswa tak dapat dibilang bagus. UTS dan UAS yang dilaksanakan secara daring dan saya bebaskan pengerjaannya, malah dipandang sebagai kemudahan untuk saling bertukar jawaban. Serbasalah juga jika melaksanakan ujian secara daring untuk satu kelas dengan mengaktifkan video. Mungkin solusi ke depan harus dibegitukan seperti uji kompetensi/sertifikasi.

Siasat menyontek mahasiswa terlihat sekali karena saya mengampu mata kuliah penyuntingan. Salah tik yang sama atau menggunakan kalimat yang sama saja sudah menunjukkan bahwa mahasiswa nirusaha untuk dites. 

Mungkin yang salah memang dosennya. Saya sendiri kurang becus mengajar atau  menganggap kuliah ini mah durang duraring. Akan tetapi, begitu mewawas diri, saya mah serius mengisi kuliah. Persiapannya juga matang, bukan setengah matang. Terkadang kuliah pada siang hari ditingkahi juga jurus melawan kantuk.

Pendeknya, kuliah daring yang diterapkan tiba-tiba ini memang seperti try and error, terutama memahami perilaku mahasiswa dalam pembelajaran daring. Saya sendiri berusaha menyisipkan empati terkait keterbatasan mahasiswa soal kuota dan sinyal, begitu pula kebosanan mengikuti kuliah hanya dari penjelasan dosen tanpa mampu berinteraksi, baik dengan dosen maupun teman-temannya.

Kuliah daring ini boleh jadi menimbulkan frustrasi, terutama bagi mahasiswa. Kecuali semuanya mengganggap, sekali lagi, ini mah durang duraring. Jangan terlalu seriuslah. Namun, terus terang saya terganggu dengan perilaku mahasiswa yang enggan belajar secara mandiri dan menjawab ujian sekenanya saja.  Saya khawatir juga dengan model pembelajaran daring ini jika berlarut-larut tanpa perbaikan. 

Lama-lama saya yang frustrasi. Sementara itu, menunggu pandemi COVID-19 berakhir, rasa-rasanya juga bakal lama. 

Pengalaman dua semester ini membuat saya harus berpikir strategi kuliah daring yang efektif ke depannya. Hal ini tentu berbeda dengan pelatihan yang berdurasi pendek. Buah kuliah mendadak daring ini adalah saya tak optimal mengajar, mahasiswa pun tak optimal belajar. Kesadaran untuk belajar mandiri masih kurang, apalagi jika kuliah dipandang bukan sebagai masa depan mereka. 

Menganggap kuliah daring adalah durang duraring memang tidak pada tempatnya. Rugi waktu dan rugi biaya. Ada mahasiswa yang tidak pernah hadir kuliah (dari presensi), tiba-tiba nongol di UTS dan UAS. Ada mahasiswa yang tidak pernah mengerjakan tugas, tetapi nongol di kuliah. Mungkin mereka menggunakan ilmu halimunan---menghilang dan tiba-tiba muncul.

Mungkin juga mereka kira kehadiran kuliah daring adalah sebuah kenisbian. Kuliah daring apakah durang duraring?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun