Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menimbang Print on Demand

23 Juni 2014   19:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:32 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika Anda membayangkan bisa mencetak buku semudah atau secepat fotokopi, lalu mendapatkan hasil seperti cetak offset, print on demand (POD) adalah jawabannya. Meskipun sudah berumur lebih dari satu dekade, teknologi ini masih juga belum populer di kalangan masyarakat Indonesia.


Saya harus menuliskan kembali tentang POD ini atau sering saya sebut pencetakan manasuka agar dapat memberi jawaban pada setiap pertanyaan yang dilontarkan kepada saya. Kali pertama saya mengetahui POD ini ketika dibahas dalam sebuah seminar sekitar tahun 1998 yang diselenggarakan rekan dari Politeknik Negeri Jakarta Jurusan Penerbitan yang waktu itu masih bergabung dengan Pusat Grafika Indonesia (Pusgrafin).

POD adalah revolusi cetak setelah digital printing yang membuat aktivitas mencetak dokumen seperti buku hampir sama dengan menggunakan printer rumahan/kantoran atau juga sama dengan fotokopi. Keunggulannya biaya sangat efisien.

Jadi, POD tidaklah sama dengan digital printing yang lebih populer dan menjamur di Indonesia, terutama untuk mencetak poster ataupun bahan-bahan promosi. POD lebih dikhususkan untuk mencetak dokumen-dokumen pada pasar akademis, seperti buku, prosiding, makalah seminar, dan laporan penelitian.

Mengapa POD? POD jelas menjadi solusi untuk mereka yang hanya memerlukan oplag cetak kecil antara 1 s.d. 200 eksemplar. Biaya cetak 1 eksemplar sama dengan biaya cetak 100 eksemplar per satuannya. Jadi, model cetak ini sangat membantu akademisi untuk mencetak buku atau dokumen sesuai dengan kebutuhan, contohnya jika mereka harus memenuhi syarat cetak sebuah buku versi Unesco yaitu 50 eksemplar. Bandingkan dengan cetak offset yang terkena minimal cetak atau skala ekonomis 1.000 eksemplar. Peluang inilah yang kemudian dilihat para pengembang teknologi cetak manasuka ini, terutama adanya pasar akademis yang hanya memerlukan cetak jumlah terbatas secara berkualitas dan cepat. Selain itu, POD juga solusi untuk pencetakan buku-buku back list atau buku-buku yang sudah tidak diterbitkan lagi, sedangkan permintaan masih ada dalam hitungan puluhan hingga seratus eksemplar. Dalam format layanan masa depan, konon TB Gramedia juga akan menyediakan jasa ini untuk mencetakkan buku-buku lama yang hendak Anda beli. Jadi, pesan satu eksemplar, tetap akan dilayani cetaknya.

Benarkah cetaknya sekualitas offset? Sepanjang pengalaman saya, hasil cetak POD memang sekualitas offset meskipun terkadang pada penggunaan raster tidak sebaik offset. Untuk itu, hindarkan layout buku atau dokumen menggunakan raster dengan ketebalan kurang dari 30% atau sebaiknya Anda tidak menggunakan raster. Secara keseluruhan hasil cetakan sangat baik seperti hasil printer laser dan pencetakan kover buku juga sangat baik dengan laminating dop ataupun laminating glossy yang sama dengan cetak offset. Buku Writerpreneur karya saya ini dicetak dengan POD.

Beberapa percetakan kecil yang biasa menggunakan mesin cetak Toko ataupun mesin cetak offset skala kecil dan menengah mulai mengalihkan investasinya ke mesin POD ini. Ya, tampaknya investasi ini lebih berprospek karena dapat menyasar pelanggan skala kecil menengah.

Berapa biaya POD? Jika Anda telusuri situs-situs penyedia jasa POD (umumnya berpusat di Jakarta, Bandung, dan kota di Jawa Tengah), ada yang menyebutkan angka nyata yaitu per halaman A5 sebesar Rp85 (sangat bergantung pada pergerakan harga kertas) dengan menggunakan kertas book paper atau HVS (biasanya HVS lebih mahal). Jadi, jika Anda mencetak buku dengan 64 halaman, harganya adalah Rp5.440 (Rp85/hlm.) ditambah cetak kover (Art Paper 230 gr.) sebesar Rp12.000. Jadi, harga cetak riilnya Rp17.440,00. Anda tinggal menghitung bujet, untuk cetak 100 eksemplar berarti harus mengeluarkan dana Rp1.744.000,00. Harga cetak untuk ukuran B5 dan A4 tentu berbeda dan lebih mahal sedikit.

Berapa lama waktu cetak POD? Cetak POD pada dasarnya relatif lebih cepat karena teknologi in-line printing yaitu dari file komputer (PDF) langsung cetak dan langsung terjilid. Namun, tetap hitungan waktu ini sangat bergantung pada penuh tidaknya pencetak melayani pelanggan. Jadi, cetak hanya 50 eksemplar relatif bisa dilakukan dalam satu hari. Saya telah membuktikan beberapa pekerjaan mendadak yang dapat dikerjakan dalam satu hari untuk hitungan 50 s.d. 100 eksemplar.

Bagaimana mesin cetak POD? Mesin cetak POD adalah khusus dan berbeda dengan mesin digital printing atau mesin cetak offset. Merek populer salah satunya adalah keluar HP yaitu HP Indigo. Harga mesin ini sekitar Rp3 miliar. Jadi, cukup mahal jika Anda ingin berinvestasi. Namun, tentu menjadi peluang jika Anda bisa menarik kebutuhan kampus ataupun pemerintahan menggunakan sarana ini. Beberapa pencetak yang memiliki mesin POD ini yaitu Gramedia Printing dan Kanisius (Jogja). Selain itu, ada pula university press yang memilikinya, seperti IPB Press dan Polimedia Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun