Mohon tunggu...
Bambang Syairudin
Bambang Syairudin Mohon Tunggu... Dosen - Bams sedang berikhtiar untuk menayangkan SATU per SATU PUISI dari SEMBILAN rincian PUISI tentang MASA DEPAN. Semoga bermanfaat. 🙏🙏

========================================== Bambang Syairudin (Bams), Dosen ITS ========================================== Kilas Balik 2023, Alhamdulillah Peringkat # 1 ========================================== Puji TUHAN atas IDE yang Engkau alirkan DERAS ==========================================

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekelebat Cerpen: Kesedihan Indah

25 Februari 2024   08:00 Diperbarui: 25 Februari 2024   08:01 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi merupakan dokumen pribadi 

Boleh dikata sejak Indah tak di sini, hari-hari saya menjadi terasa sepi. Sore hari setelah kerja dan pada hari-hari libur kerja yang biasanya kami isi dengan jalan-jalan bersama, kini saya isi dengan menulis puisi. Pabila sudah jenuh, keluar sendirian menuju tempat-tempat yang dulu sering saya tuju bersama Indah. Bahkan kadang sampai pinggiran kota di Majalaya. Dulu, berboncengan bersama menyatukan jiwa dengan udara sejuk yang menerpa. Bercanda melepaskan penatnya kerja di atas roda yang melaju lewati desa-desa. Meskipun hujan lebat diterjang bersama.

Berbulan-bulan sudah rutinitas kesendirian seperti ini saya lalui dengan menguatkan hati. Tak ada minat untuk mencari pengganti sahabat diskusi dari hati ke hati selain dengan Indah.  

Hape berdering, saya lihat dari Indah.

“Assalamualikum, Mas Bambang.”

“Wa alaikumsalam, In. Apa sudah ijin sama Mas Toni In, nelpon ke saya ini?,” saya ajukan pertanyaan ini sebelum pembicaraan via hape ini berlanjut. Karena saya tidak ingin nantinya bermasalah dan dituduh yang bukan-bukan.

“Sudah, Mas. Sudah aku ceritakan ke Mas Toni (suami Indah) bahwa Mas Bambang sahabat terbaik Indah.”

“Alhamdulillah kalau begitu, In.”

“Sejak kemarin perasaanku gak enak dan ingin tahu kabarnya Mas Bambang?.”

“Alhamdulillah kabar saya baik, In. Kabar di sana baik semua kan In?.”

“Alhamdulillah baik semua, Mas. Tapi,” saya diam ingin mendengarkan lanjutan dari kata “tapi” yang diucapkan Indah tadi.

Beberapa saat suasana menjadi hening dan saya biarkan hening sampai ada kelanjutan dari kata “tapi” tersebut.

“Tapi, aku tidak bahagia, Mas.”

“Bukankah Mas Toni juga baik dan telah mengijinkan Indah nelpon saya?”

“Mas Bambang betul bahwa Mas Toni juga baik.”

“Lalu tidak bahagianya karena apa kalau begitu In?”

“Karena tidak seperti baiknya Mas Bambang.”

“Wah ya tak boleh seperti itu, In, karena sifat dan cara orang berbuat baik itu berbeda-beda. Indah harus komit dengan janji pernikahan yang sudah diucapkan dan sudah direstui oleh orang tua dan seluruh tamu undangan. Semua mendoakan Indah dan Mas Toni agar selalu bahagia dalam membina rumah tangga sampai tua, sampai keduanya menutup mata.”

Indah diam saja tak ada balasan suara darinya.

“Halo?...Halo, In..apa masih mendengar suara saya?” barangkali ada gangguan sinyal.

“Iya, masih mendengar suara Mas Bambang.”

“Sing sabar ya In. Indah harus yakin bahwa Mas Toni adalah takdir jodohnya Indah.”

“Kalau Mas Bambang sendiri bagaimana?”

“Maksudnya?”

“Maksudnya, sudah punya calon pendamping hidup belum, Mas?”

“Belum punya, In.”

“Semoga Mas Bambang segera diberikan pendamping yang terbaik.”

“Aamiin, “ saya mengamini kebaikan doanya Indah.

“Sementara sudah dulu ya mas. Kapan-kapan boleh nelpon lagi ya mas?”

“Iya, In.”

“Assalamualaikum.”

Wa alaikumsalam.”

Setelah telpon saya tutup, hati saya mulai bisa merasakan apa yang sedang dirasakan oleh Indah. Terutama yang berkaitan dengan kalimat “Tapi, aku tidak bahagia, Mas.”

Saya bisa memaklumi hal ketidakbahagiaan atau kesedihan itu terjadi. Memaklumi karena antara Indah dan Mas Toni dijodohkan dan dalam waktu relatif  singkat kemudian dinikahkan. Tanpa ada proses penyesuaian melalui pertemuan demi pertemuan. Hanya berdasarkan kepercayaan bahwa semua hati orangtua  tidak bakal menjodohkan anaknya dengan orang yang tidak baik. Semua orangtua pasti mengharapkan kehidupan rumahtangga anaknya berbahagia selama-lamanya. Dan saya juga mendoakan agar Indah bisa menyesuaikan kebahagiaannya bersama Mas Toni, sehingga Indah tidak perlu membanding-bandingkan kebaikan Mas Toni dengan kebaikan orang lain. Juga semoga, Indah bisa dengan ikhlas menerima apa-adanya Mas Toni.

  

(kesedihan indah, 2024)

Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Kesedihan Indah. Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun