Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kopi Merindu Susu

9 September 2022   08:05 Diperbarui: 9 September 2022   08:07 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kopi hitam pandai menyembunyikan dendam. Jika diaduk dengan hati-hati, asap iri  kan pergi. Tinimbang  dendam kesumat, lalu bertingkah laku tidak terhormat.

Setelah  diaduk lalu disruput. Tiada bersisa karena tandas. Sedikit ampas, cukuplah untuk menghapus jejak bekas. Sejak berpisah seminggu lalu, inilah rasa sakit yang paling ganas.

Akan kubiarkan cangkir kopi itu. Siapa tahu diisi ilham untuk melupakanmu. Jika ketemu nanti, baru kan kucuci bersih kenangan lalu.

Sementara tak ingin minum kopi hitam dulu. Jika dicampur susu, barangkali warnanya jadi abu-abu. 

Pernah di suatu waktu, ada stori tentang kopi susu. Mata kita sekali-kali bertubrukan di antara warna putih susunya. Bibir cangkir pun tersipu-sipu. Kok kebetulan, di lokasi angkringan diguyur gerimis hujan. Dalam kenangan kopi susu, kita pernah basah kuyup jadian.

Kopi susu bertambah gurih jika diaduk dengan sendok rindu. Saat masih hangat, disruput tanpa ragu. Hati kopi dan rindu susu, terkesan sudah menyatu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun