MItos cantik luar dalam, lebih sering jadi bahan beegumam. Apalagi jika berhubungan dengan motif udang di balik batu. Sesuatu yang biasa pun dibuat seru.
Penilaian yang objektif itu bisa menjadi subjektif, manakala memiliki keterikatan dengan perasaan yang sangat tidak menentu.
Cantik bukan semata produk pikiran. Ketika sedang melihat harimau lapar berjalan, muncul ungkapan bagaimana indahnya cara berjalan. " Mlakune kaya macan luwe". Jika sedang berjalan, Si Cantik terkesan seperti harimau lapar. Pelan, meliuk, dan indah.
Kecantikan luar dalam memang lebih enak dijadikan bahan bergumam. Bisa diibaratkan bintang gemintang, silau karena gairah yang sedang terbang. Lalu dijadikankah sebagai lambang kesempurnaan semirip bintang.
Jiwa ini sesekali perlu diistarahatkan. Mata terbiasa melihat permukaan. Sedikit waktu untuk melakukan pendalaman.
Cantik itu terkadang hanya gebyar luar. Secara alamiah, semakin tua akan memudar.