Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dhuh Rembulanku

23 April 2022   05:10 Diperbarui: 23 April 2022   05:16 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo karya Fanho  - Bersumber dari twitter Leya

Dhuh rembulanku, kini tak moblong lagi, berangsur padam. Nanti kembali, slalu tidak berjanji, purnama sunyi. Seperti hati, padam dan nyala, jadi siklus biasa.

Saat melaut, mengais rizki halal, pasti tak kalut. Menyambung hidup, anak istri menunggu, tak pernah ragu.

Berpikir sederhana, "urip prasaja, ngadohi neka-neka". Itu pun mengenyangkan, terlalu kenyang, malah tak nyaman. Beda dengan kuasa, tak pernah kenyang, sepanjang masa.

Rembulan itu, menjadi pengingatku, bab kekosongan. Lapar kuasa, mengejar simbul status, hingga tiada. Tapi melaut, sederhana yang cukup, tidak berebut.

Dalam kesederhanaan, yang mengenyangkan, tak berlebihan. Rasa syukur pun, mampu melimpah, sangat bergizi hikmah. Memangsa kawan, tidak diperbolehkan, pamali nian.

Dhuh rembulanku, aku pun sangat malu, masih begitu. Lapang dan sempit, pastilah ada, menghiasi dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun