Tidak lihat cuaca, berniat mejeng, di mana-mana. Wajahnya ramah, di baliho raksasa, senyum sumringah. Beruntung kita, jika mereka ada, menjaga kota.
Jika muncul mentari ia berseri, tiada henti. Andai hujan, wajah tetap menawan di ketinggian.
Kisah rembulan, sajikan mimpi, untuk membangun negri. Itulah politisi, berdagang janji, agar dibeli.
Berdagang janji, memang enak sekali, objek emosi. Kalau senang, kesan cemerlang, gegap gemerlap bintang. Jika membenci, lalu memaki-maki, sepuas hati.
Jadilah bintang, ia hidup di malam, jauh cemerlang. Bisa dipuja-puja, mabuk kepayang, tanpa diminta.
Hiruk pikuk dunia, selalu ada, bukan logika. Fatamorgana, hanya bayangan, amat jarang yang nyata.
Rembulanku di malam, cantik menawan, di kejauhan. Ia memberi mimpi, yang memabukkan, temani malam.