Mohon tunggu...
bambang riyadi
bambang riyadi Mohon Tunggu... Praktisi ISO Management Sistem dan Compliance

ISO Management System and Compliance Practices. https://www.effiqiso.com/ is my blog about ISO 9001, ISO 14001, ISO 45001, and ISO 45001 topics. Menulis Buku: The Best Way to Keep Your ISO 50001 Certification Current, ISO 9001:2015: A Useful Narrative Handbook for Novices, preserving mental well-being in the digital age.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Apakah Sugar-Coating demi Jabatan Idaman Masih Wajar? Saat Kejujuran DIkorbankan demi Citra Sempurna di Dunia Kerja.

11 Oktober 2025   06:00 Diperbarui: 10 Oktober 2025   10:05 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi  mencerminkan tekanan psikologis akibat sugar-coating di dunia kerja | Canva.com

Beberapa waktu lalu, seorang rekan kerja dipromosikan menjadi kepala divisi. Di rapat perpisahan, atasan lamanya memujinya:

"Dia selalu positif, tidak pernah mengeluh, dan selalu membawa solusi."

Tapi saya tahu kebenarannya. Malam-malam, ia sering curhat di grup kecil:

"Aku capek banget pura-pura baik. Setiap masalah aku tutupi biar kelihatan kompeten."

Inilah wajah nyata dari sugar-coating di dunia kerja: menyajikan realitas dengan lapisan manis agar terlihat sempurna---bukan karena jujur, tapi karena takut kehilangan kesempatan.

ilustrasi  mencerminkan tekanan psikologis akibat sugar-coating di dunia kerja | Canva.com
ilustrasi  mencerminkan tekanan psikologis akibat sugar-coating di dunia kerja | Canva.com

Sugar-Coating: Seni Menyembunyikan Masalah demi Karier

Sugar-coating bukan sekadar berbohong. Ia adalah strategi bertahan hidup di lingkungan kerja yang menuntut citra sempurna.

  • Laporan proyek gagal? Dikemas sebagai "proses pembelajaran".
  • Tim sedang stres berat? Disampaikan sebagai "semangat kolaborasi tinggi".
  • Deadline molor? Disebut "penyesuaian strategis untuk kualitas maksimal".

Yang mengejutkan, banyak perusahaan justru menghargai ini. Karyawan yang "tidak bermasalah" dan "selalu positif" dianggap lebih layak dipromosikan daripada yang jujur tapi vokal.

"Kalau kamu terlalu blak-blakan, kamu dianggap tidak punya soft skill," kata seorang HRD yang enggan disebut namanya. 

Ketika Budaya Positif Jadi Alat Represi

Ironisnya, budaya "selalu positif" justru menciptakan tekanan psikologis yang berbahaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun