Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Malaikat dan Asmara Hitamnya

23 September 2019   13:04 Diperbarui: 23 September 2019   16:05 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malaikat itu telah mencabik cintaku. Malaikat itu telah merenggut kekasihku. Bahkan dia telah membajak tunanganku sendiri. Hatiku sakit sekali, itu pasti. Terluka, berdarah dan tersayat-sayat, itu niscaya. Tapi akhirnya aku ikhlas menerimanya. Aku terpaksa merelakan kekejian cintanya itu meremuk-redamku. Dan akibatnya, semua kerabat dan temanku telah mencapku sebagai orang  yang paling dungu di muka bumi ini.

"Mestinya kamu tak sebodoh itu!" ujar Mia.

"Harusnya ente tak selemah itu!" tukas Farah.

"Mestinya eloe marah besar, dan mempertahankan mati-matian milik eloe!" kata Mpok Anie.

"Kedunguanmu itu memang membahagiakannya. Tapi akibatnya, telah menikam jiwaku sendiri...." komentar Fadlie.

Juga masih banyak lagi pendapat senada itu dari berbagai pihak yang terarah padaku. Pendeknya tak ada satu pun yang memahamiku. Apalagi yang mendukung sikapku. Untung aku punya Tuhan yang sangat mengasihiku. Hanya Dia yang sangat mengertiku. Sangat peduli akan pergumulan jiwaku. Sekaligus Dialah yang membuatku tetap tegak di tengah badai hidup yang menerjang. Dia selalu memberi solusi terindah tepat pada waktunya.


Agar anda tidak bingung, baiklah kujelaskan duduk persoalannya. Yang kusebut malaikat adalah Tante Astiku sendiri. Dia adalah adik kandung termuda dari ibuku yang sudah almarhum. Kusebut malaikatku, karena dialah yang menghidupiku selama ini. Yang membiayai semua studiku dari SMP sampai aku menyandang gelar Sarjana Hukum. Tanpa kasih dan kemurahan hatinya, mungkin aku masih menjadi seorang gadis yatim piatu malang yang belum jelas arah hidupnya. Jadi tak berlebihanlah jika aku menganggapnya sebagai malaikat penolongku.

Sesungguhnya Tante Asti sudah berumur 40 tahun. Namun karena cantik dan menawan, penampilannya masih seperti gadis berumur tiga puluhan tahun. Ditambah beliau seorang wanita cerdas yang karirnya sedang menanjak di sebuah perusahaan BUMN. Dan yang paling membahagiakanku, janda molek tanpa anak itu, sudah menganggapku sebagai putri kandungnya sendiri.

Sayangnya, malaikatku yang berhati mulia itu, secara tak terduga sama sekali, tiba-tiba memohonku untuk memberikan Donny kepadanya. Padahal pria ganteng itu sudah tiga tahun ini menjadi kekasihku. Bahkan baru sebulan yang lalu dia jadi tunanganku. Yang rencananya awal tahun depan, kami akan menikah.

Ketika Tante Asti menyatakan permintaannya, awalnya duniaku bagai runtuh berpuing-puing. Keterkejutanku, marahku dan benciku seketika mencengkeram menjajah jiwa ragaku. Meraibkan semua rasa hormatku, kekagumanku dan banggaku terhadap beliau. Wajah anggun kemalaikatannya, mendadak berubah menjadi seperti peri yang menjijikkan.

Tetapi, terus terang aku tak kuasa untuk menolak permintaannya. Apalagi Donny sendiri sudah mengakui tentang perselingkuhannya dengan tanteku. Saat memohon maaf kepadaku, ia sampai bersujud menyentuhkan mukanya ke ujung kakiku. Maka, untuk meredam keluluh-lantakan hatiku, seminggu lamanya aku menyepi kerumah Eyang Putriku di dusun.

"Peringatan Kakak Mayamu tentang kandasnya hubunganmu dengan Donny, ternyata benar to, Nduk?" lembut suara nenekku, sambil membelai rambutku saat kutertelungkup di pangkuannya. Aku hanya menggerak-gerakkan kepalaku tanda menyetujuinya.

"Begitu pun kata Tantemu, bahwa si Donny itu memang tak cocok buatmu. Kini terbukti kebenarannya, bukan?" kembali aku hanya bisa mengiyakannya.

"Tantemu memang telah menyakitimu, Nduk! Tapi menurutku, itu dilakukan sama sekali bukan untuk menghancurkanmu. Itu pasti terjadi karena kelemahannya. Yang tak bisa tegas menolak kegenitan Donny. Menurutku, Tantemu itu sebenernya hanyalah  korban dari kebrutalan tunanganmu sendiri, Kamu tahu sendiri kan, bahwa Tantemu itu seorang perempuan yang ayu dan menawan. Pasti banyak lelaki yang menginginkannya. Tak terkecuali, Donny pun pasti terobsesi untuk menaklukkan Asti."  

Mendengar analisis Eyang Putriku tempo hari itu, seketika itu juga terjadilah semacam pencerahan di otak dan hatiku. Bahkan aku tiba-tiba menjadi sangat sadar, bahwa sejatinya aku sendiri ikut andil dalam perkara itu. Aku pun ikut bersalah dalam memberi ruang bagi terbentuknya kedekatan mereka.

Misalnya, ketika Tante Asti meminta tolong aku untuk mengantarnya ke toko atau belanja ke pasar. Hanya karena aku agak malas saja saat itu, aku justru meminta Donny untuk mengantarnya. Dan hal seperti itu, seingatku sudah beberapa kali terjadi.

Itu yang terjadi atas izin dan sepengetahuanku. Diluar sepengetahuanku, bisa jadi keberduaannya bisa lebih sering lagi terjadi. Karena sudah makin terbangun chemistry-nya. Dan dua-duanya juga telah sangat saling menikmati. Maka ketika mereka pergi berdua tanpa izinku pun, mereka akan melakukannya tanpa perasaan bersalah.

"Sesungguhnya, hubungan Tantemu dengan Donny itu sudah sejauh mana to, Nduk?" tanya nenekku tempo hari.

"Menurut pengakuan Tante, hubungan mereka sudah kelewat jauh, Eyang. Mereka sudah sampai beberapa kali melakukan hubungan suami istri...." Suaraku terhenti tercekat dalam kemuakan.

"Boleh jadi, jangan-jangan Tantemu itu sudah berbadan dua," terka nenekku, "karena itu, jika mereka memang akan menikah, ikhlaskan sajalah Nduk. Pertama, agar mereka tidak berlarut-larut terus dalam dosa. Kedua, kerelaanmu melepas Donny buat Tantemu, anggap saja sebagai balas budimu kepadanya....."

***

Duka laraku akibat pengkhianatan cinta itu kini berangsur-angsur kian menipis. Karena ketika aku mulai lebih banyak memakai akal sehatku ketimbang perasaan wanitaku, berangsur-angsur juga aku menjadi gadis yang kian kuat. Apalagi ketika kini aku sudah merasa bisa ikut membahagiakan malaikatku. Hari-hari menjelang pernikahannya dengan Donny, kulihat Tanteku makin banyak mengembangkan senyum kebahagiaannya. Sungguh, itu amat membahagiakanku juga.

"Manis," bisik lirih Tante sambil memelukku erat, "Tante sangat berterima kasih banyak atas segala pengorbananmu padaku selama ini. Karena itu, Tante bersumpah secepatnya akan menolong mencarikan seorang cowok yang pas untukmu. Bahkan yang jauh lebih baik dari Donny...."

"Sudahlah Tante. Saya mohon Tante tak usah mikir saya dulu. Sekarang ini Tante harus lebih fokus terhadap acara pernikahan Tante sendiri. Saya akan dengan sekuat tenaga melakukan apa pun demi suksesnya acara istimewa Tante lusa itu....." Kami berdua pun hanyut tenggelam dalam linangan air mata kebahagiaan bercampur perasaan khusus yang sulit dijabarkan.....

"Klang...kling....klang...kling....!" suara bel tamu tiba-tiba berbunyi menghentikan gelombang perasaan kami.

"Selamat siang Adik-adik....!" Itulah suara yang menyapa kami, sesaat setelah pintu kubuka.

"Saya Mayor TNI Kukuh Raharjo. Saya mau bertanya, apa betul Donny sering bertamu ke rumah ini?" tanya lelaki tegap yang mengaku perwira tentara itu, sehabis kupersilahkan duduk.

"Ya, betul Pak!" jawabku dan Tante Asti hampir serempak.

"Apa bisa sekarang saya menemuinya?"

"Sudah dua hari ini dia belum ke sini Pak. Karena dia sedang bertugas di kota lain..."

"Kalau begitu, saya titip pesan saja. Saya minta dengan sangat dan keras, agar ia tak usah datang lagi ke kota ini. Atau segera saja meninggalkan kota ini seterusnya. Sebab kalau tidak, Donny akan kuhabisi...!" pesan dan ancamnya sambil mengarahkan ibu jari dan jari penunjuk ke kepalanya. Seperti gerakan orang yang sedang menembak.

Tentu saja aku bersama TanteAsti sangat kaget bukan alang kepalang. Lalu kami meminta penjelasannya tentang ancaman bunuh terhadap Donny yang tiba-tiba itu.

"Pokoknya orang seperti dia tak layak untuk tinggal di kota ini. Karena dengan sangat kurang ajar Donny telah menggoda istri saya. Katakan padanya, jangan pernah dia main-main terhadap saya...!" selesai ucapkan itu, tentara itu langsung tinggalkan rumah kami. Aku mengantarnya sampai ke pagar depan.

Lantas aku masuk kembali kedalam rumah dengan perasaan yang campur aduk. Tapi keterkejutan yang lain tiba-tiba menggoncangku tak kalah hebatnya. Kenapa? Karena kulihat Tante Asti sudah terkapar menggelosoh di lantai dan tak sadarkan diri.

Duh, malaikat cantikku tumbang dihajar asmara hitamnya sendiri!

==000==

(Catatan: Cerpen ini adalah lanjutan dari cerpen yang berjudul: Tanteku, Malaikatku, Pencabik Cintaku. Yang tayang tanggal 19 September 2019.)

Bambang Suwarno-Palangkaraya, 23 September 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun