Mohon tunggu...
Beng beng Sugiono
Beng beng Sugiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

La Historia, Me Absolvera. Menulis/Traveling/NaikGunung/Membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bapak Republik, Mati di Tangan Bangsanya Sendiri!

4 November 2022   11:42 Diperbarui: 4 November 2022   11:58 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Photo: http://civitasbook.com/

Namanya sudah tertapal sebagai  salah satu Pahlawan Nasional Indonesia sejak tahun 1963 ia adalah tokoh pertama yang menulis gagasan berdirinya republik Indonesia namun Riwayat Tan Malaka sang bapak republik Indonesia yang menghabiskan hampir separuh hidupnya sebagai pelarian politik dan pernah harus hidup dari penjara ke penjara demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, Tan Malaka juga pernah berusaha di hilangkan oleh rezim orde baru dari catatan Indonesia, padahal pemikiran dan jejak perjuangan tokoh pencetus gagasan merdeka 100% yang tewas di ujung senjata tentara bangsanya sendiri ini terlalu penting untuk di lupakan, dan kita sebagai bangsa yang beradab sangatlah wajib untuk mengenang perjuangan -- perjuangan beliau sebagai salah satu peletak pondasi negara yang kemudian di sebut Republik Indonesia.

Kemunculan Tan Malaka dalam rapat raksasa mendukung Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di lapangan Ikada di Jakarta pada 19 september 1945 menandai tampilnya Kembali pejuang ini pada kancah revolusi untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, sebelumnya meski tidak hadir dalam upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 agustus 1945, Tan Malaka berperan menggerakan para pemuda dalam mendesak Soekarno - Hatta untuk segera mendeklarasikan kemerdekaan tersebut, pada minggu-minggu pertama setelah proklamasi kemerdekaan, Tan Malaka sempat bertemu Bung karno dan bung hatta untuk memberi dukungan dan masukan terhadap kedua pemimpin republik yang baru lahir ini, dalam sebuah pertemuan pribadi dengan bung karno misalnya, Tan Malaka mengingatkan masalah yang mungkin timbul seiring bakal datangnya pasukan sekutu di Indonesia.

Idealisme Tan Malaka setelah bangsa ini merdeka tidak kemudian luntur begitu saja dalam melakukan perlawanan terhadap bangsa penjajah, harapan Tan Malaka supaya bangsa ini merdeka sepenuhnya masih terus di gelorakan dengan melakukan gerilya dari kota ke kota, dari desa ke desa karena sebelumnya Tan Malaka sudah menduga Belanda pasti akan masuk kembali untuk Kembali menjajah bangsa ini.

Pada tanggal 4 sampai 5 januari 1946 pertemuan yang di prakarsai oleh Tan Malaka digelar pertemuan bertema Hasrat Perjuangan Rakyat di purwokerto Jawa tengah dan di hadiri sekitar 300 orang mewakili berbagai organisasi dan partai, mereka berkumpul untuk merapatkan barisan dan membuat kesepakatan mengenai  arah perjuangan, selain Tan Malaka salah satu tokoh yang hadir adalah Panglima Besar Jendral Sudirman yang belum lama di lantik menjadi panglima tertinggi TKR atau Tentara Keamanan Rakyat, atas inisiatif Tan Malaka pertemuan ini di bentuk Front atau organisasi massa persatuan perjuangan yang beranggotakan 141 organisasi, Partai, Laskar dan badan-badan perjuangan, seluruh peserta pertemuan ini juga menyepakati minimum program meliputi berunding atas pengakuan kemerdekaan 100% sesudah tentara asing meninggalkan laut Indonesia, pembentukan pemerintah rakyat, pembentukan tentara rakyat, melucuti tentara jepang, mengurusi tahanan perang bangsa eropa, menyita dan menyelenggaran pertanian, serta menyita dan menyelenggarakan industri.

Prinsip-prinsip Tan Malaka tentu sangat bertentangan dengan pemerintahan Soekarno kala itu yang lebih mengedepankan Diplomasi dengan penjajah, sedangkan Tan Malaka yang menolak berunding dengan maling (Kolonialis) dan lebih memilih untuk perang total, perbedaan cara pandang ini di anggap pemerintah Indonesia kala itu sebagai batu sandungan atas upaya diplomasi yang di lakukan oleh pemerintah republik dengan pemerintah belanda hingga kemudian Tan Malaka dipenjara selama 2,5 Tahun atas tuduhan makar walaupun tuduhan itu tidak terbukti, dari dalam penjara yang berpindah-pindah tempat Tan Malaka menulis buku autobiografinya yang belakangan di kenal dengan Judul "Dari Penjara Ke Penjara" yang ditulis oleh tangan Tan Malaka sendiri  kemudian ada rumor yang berkembang terkait gerakan Partai Komunis hingga sampai pada deklarasi Republik Sovyet Indonesia yang pada akhirnya pemerintah kabinet Hatta membuat keputusan untuk membebaskan Tan Malaka pada 16 september 1948 dengan tujuan untuk mengimbangi Gerakan kelompok Musso yang sedemikian masif yang yang anggap merongrong kekuasaan Soekarno - Hatta kala itu.

Meski berjasa besar dalam mengobarkan perlawanan bangsa indonesia atas belanda ini sangat tidak di sukai oleh kalangan kanan kala itu, hingga kemudian Tan Malaka ditangkap pada 21 Februari 1949 ini kemudian di eksekusi mati  dengan kondisi tangan terikat dan kemudian di tembak oleh tentara republik anggota batalion sikatan divisi brawijaya di lereng gunung wilis kabupaten kediri jawa timur karena di anggap benalu dan terus mengganggu arah perjuangan republik versi itu. Terbunuhnya Tan Malaka membuat tokoh-tokoh republik terhantui dengan jalan revolusi perjuangannya.

Meski pada 1963 namanya telah resmi di tapalkan menjadi Pahlawan Nasional Indonesia dan jasadnya telah lama terkubur, suara dan pemikiran kritis tan malaka tetap membuat tidak nyaman penguasa kemapanan. Pada masa kekuasaan orde baru yang bercorak militeristis, sosok, pemikiran serta jejak perjuangan Tan Malaka pernah berupaya di hilangkan dari catatan sejarah bangsa Indonesia, peredaran buku autobiografi karya sejarawan belanda yang di tulis Harry A Poeze yang diterbitkan pada 1988 dilarang oleh pemerintah setelah beredar ditengah masyarakat.

Riwayat perjuangan Tan Malaka dalam sangat banyak hal menunjukan pada kita bahwa jalan bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang merdeka berhutang besar pada pemikiran dan perjuangan pada sosok seperti Tan Malaka, sosok pejuang dengan pemikiran-pemikiran besar, upaya-upaya yang tidak kenal takut dan konsisten serta pengorbanan-pengorbanan yang tak kenal ujung demi bangsa yang di cintainya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun