Mohon tunggu...
Beng beng Sugiono
Beng beng Sugiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

La Historia, Me Absolvera. Menulis/Traveling/NaikGunung/Membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Noradilah Vs Paijo

12 Oktober 2022   22:55 Diperbarui: 12 Oktober 2022   23:08 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ransel Paijo - Terminal BungurAsih - Surabaya (Dokpri)

Noradilah & Paijo

Satu kisah sepasang kekasih antara Noradilah Vs Paijo, Sejoli yang sama-sama lahir di desa namun dekat dengan kota, Noradilah lahir serta besar di sekitar lereng gunung Arjuno Jawa Timur yang berdarah Madura dan berpenampilan saru alias kadang seperti laki-laki walaupun hakikat-nya adalah perempuan yang sama seperti umum-nya, entah apa yang melatar belakangi Noradilah berpenampilan Tomboy seperti itu, mungkin sewaktu kecil pernah kesetrum listrik deket pos ronda atau bisa juga jatuh dari tebing gunung arjuno hingga Noradilah tidak sadar kalau sebenernya dia perempuan tulen. Sedangkan Paijo Pemuda desa yang lahir dipinggir pesisir pantai utara jawa barat yang berjarak tiga jam saja ke ibu kota, dari sini jelas perbedaan Geografisnya bisa mempengaruhi serta berdampak pada warna kulit, Noradilah dengan kulit putih-nya yang hampir mirip Kain Kafan Pocong di film Box Office Indonesia, Sedangkan Paijo yang berkulit gelap atau biasa disebut Kulit Sawo Kematangan alias sawo busuk dengan penampilan agak ruwet, dan juga tidak begitu pintar juga untuk urusan asmara. Dari warna kulit saja sudah jelas berbeda, bisa dibilang kalau lagi jalan Bersama-sama seperti Zebra Cros.

Kisah itu bermula sekitar pertengahan Mei 2015 atau di awal tahun 2016-an berawal dari satu gerombolan huru-hara atau mungkin bisa disebut kalau sekarang Komunitas lah, jaman dimana Hp Android belum mendominasi dan masih musim yang Nama-nya SMS-an berbayar namun diskon karena Kirim satu gratis-nya sampai ratusan SmS.

Singkat cerita, Sepasang manusia ini akhirnya ikrar atau berpacaran setelah beberapa waktu menjalin komunikasi yang sebenarnya tidak begitu intens akhirnya Paijo melakukan penetrasi atau serangan yang langsung menyentuh hati, dan benar saja, tepat pada hari kamis malam jumat dan kebetulan kliwon pula, Hari yang kalau menurut Budaya Jawa ialah hari keramat dan sedikit Horor, Hingga pada akhirnya Cinta Paijo bersambut dan paijo senang (padahal Noradilah belum tentu senang). Ternyata jumat kliwon memang sakral dan sekaligus keramat.

Seiring berjalanya waktu cinta dua sejoli ini tumbuh berjarak, Namun paijo memang cuek dan tidak mempersoalkan itu semua, bagi paijo jarak itu soal waktu, sedangkan cinta soal keyakinan. Hubungan Paijo dengan Noradilah berjalan lumayan lama sekitar dua atau tiga tahunan, untuk ukuran manusia dewasa kurun waktu dua atau tiga tahun tidaklah sebentar karena banyak proses yang dilewati, banyak jarak yang ditempuh. Yang terkadang bisa seminggu dua kali Paijo datang ke rumah Noradilah dengan menggunakan angkutan umum serperti kereta api atau bisa kota.

Paijo Naik Bis Kota

Setelah melalui proses dan situasi yang bertele-tele Paijo memutuskan untuk menemui Noradilah di Pasuruan Jawa Timur dengan menggunakan bis jurusan Surabaya yang kalau dihitung jarak Indramayu – Surabaya itu kurang lebih 514 Kilo Meter dengan estimasi delapan jam perjalanan, kemudian dari Surabaya mesti ganti bis lagi ke arah Malang dengan estimasi waktu kurang lebih dua jam, jadi bisa dibayangkan perjuangan paijo untuk menemui kekasih hati yang nggateli itu mesti merasakan dulu panasnya pantat karena berjam-jam duduk tanpa udud (Merokok), karena bis-nya Patas AC jadi dilarang udud (Sungguh Tersiksa).

Paijo berangkat dari Indramayu menuju Surabaya sekira Jam 8.00 Wib, satu perjalanan yang kalau bukan karena Cinta (Tai Kucing) mungkin berat untuk dilakukan, karena mengingat jarak tempuh yang tidak sebentar serta membayangkan tidak bisa Rokok’an, Kaya-nya perjalanan ini sekaligus penyiksaan.

Jam 8.00 Wib Bis yang sudah dinanti telah datang, dan penderitaan segera dimulai alias puasa udud (Merokok), dalam perjalanan Paijo terus melakukan komukasi dengan pujaan hati-nya, Noradilah pun terlihat senang namun standard alias biasa saja, Paijo memberi tahu ke Noradilah bahwa subuh nanti kalau tidak macet sudah sampai Surabaya, kemudian Noradilah mengnarahkan jalan setelah sampai Surabaya nanti Paijo disuruh turun di jempatan Sampoerna, dan Paijo mengiyakan sambil berfikir jembatan Sampoerna ini bentuknya kaya apa ?, Bis Patas AC terus melaju ke timur, menuju harapan dan menemui impian, karena bagi paijo perjalanan ke luar daerah sudah biasa, namun kali ini terasa istimewah karena setelah peristiwa malam jumat kliwon itu paijo menyatakan perasaan-nya pada Noradilah baru kali ini paijo berkunjung keluar kota dengan maksud untuk menemui sang kekasih hati, di perjalanan menuju surabaya paijo terus berfikir hingga ada rasa ragu keluarga Noradilah tidak menerima dengan kedatangan paijo yang notabene adalah pemuda pesisir, penampilan urakan dan terkesan kurang sopan. Waktu terus berlalu dan bis pun terus melaju dan paijo berusaha menyakinkan diri sendiri untuk siap menghadapi segala bentuk kemungkinan yang terjadi, sampai akhirnya tidak sadar paijo tertidur seetelah melakukan komunikasi dengan Noradila.

Dan tepat pada pukul 01.00 bisa yang ditumpangi paijo sampai di Semarang untuk istirahat dan makan, kemudian paijo turun dari bis dan langsung udud, serasa terbebas dari segala beban, setelah berjam-jam tidak melakukan rutinitas pertembakauan. Paijo duduk di pojok Rumah Makan yang menjadi tempat pemberhentian Bis untuk melakukan istirahat dan makan, sambil menyeruput kopi kemudian paijo mengambil Handphone dan memberitahu Noradilah kalau sudah sampai semarang, sambil menunggu balasan dari Noradilah paijo lanjut membakar kretek yang kedua, dan sampai kretek yang ketiga Noradilah sudah tidak merespon alias mbangkong alias molor, dan secara bersamaan habisnya kretek yang ketiga kernet Bis pun memberikan Komando untuk segera masuk ke dalam Bis karena akan Kembali melanjutkan perjalan ke Surabaya. Dan dengan muka masam paijo patuh sama perintah Kernet bis yang ditumpangi-nya, karena kalau tidak patuh ya di tinggal.

Bis kemudian melaju ke arah timur, dan paijo Kembali tidur sambil terus memikirkan kalau nanti tidak diteriman dengan baik oleh keluarga Noradilah. Dan apa yang kemudian paijo lakukan kalau hal demikian terjadi, tidak mungkin perjuangan yang sungguh menyiksa selama perjalanan dari Indramayu ke Surabaya berakhir tragis. Paling tidak Pantat sudah menjadi korban keganasan bangku bis yang ditumpangi oleh paijo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun