Mohon tunggu...
Beng beng Sugiono
Beng beng Sugiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

La Historia, Me Absolvera. Menulis/Traveling/NaikGunung/Membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Perjuangan Bangsa

12 Oktober 2022   01:15 Diperbarui: 12 Oktober 2022   02:57 1130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi sumber dari santrinews.com - Perjuangan Bangsa

Berakhirnya Perang Dunia I tahun 1918, kondisi rakyat Hindia Belanda tak kunjung membaik, mereka hidup dengan pendapatan yang sangat sedikit. Dikutip dari Tan Malaka dalam Aksi Massa, ia menerangkan upah buruh dari keterangan Mr. Yeekes dalam De Opbouw tahun 1923 bahwa pendapatan rata-rata buruh pertahun, sebesar f. 196 (196 Gulden) atau dibawah standard kebutuhan hidup pada zaman itu.

Tokoh-Tokoh Pemuda di Asingkan

Dari beberapa rentetan peristiwa perlawanan bangsa Indonesia terhadapa kesewenang-wenangan belanda terhadap bangsa pribumi mengakibatkan beberapa Tokoh Pemuda yang dicap oleh belanda sebagai Provokator kemudian di buang atau di asingkan ke luar Hindia Belanda (Indonesia) dengan maksud untuk meredam gejolak masyarakat dikalangan buruh dan petani serta membungkam suara-suara sumbang yang ditujukan untuk pemeritah belanda.

Pada masa itu hampir setiap tokoh pergerakan diburu oleh pemerintah, orang-orang yang dianggap menggangu stabilitas politik, ekonomi dihabisi baik secara jiwa maupun pikiran.

Namun Tindakan pemerintah belanda ini tidak berlaku bagi Tan Malaka, dalam pengasingan-nya justru melahirkan Karya yang sangat Fenomenal yaitu Buku naar de republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia) ini yang ditulis oleh Tan Malaka di Katon, Cina, pada 1925.

Tiga tahun sebelum deklarasi sumpah pemuda. Ketika para pejuang yang lain baru berpikir tentang persatuan, atau paling jauh tentang kemerdekaan Indonesia, dan mereka sudah jauh berpikir tentang republik Indonesia, sebagai bentuk negara yang akan lahir pasca Hindia Belanda.

Karena buku inilah Muhammad Yamin menyebut Tan Malaka sebagai "Bapak Republik Indonesia", yang disetarakan dengan George Washington yang merancang republik Amerika sebelum negara itu merdeka. 

Buku ini menjadi semangat baru yang kemudian pikiran-pikiran Tan Malaka banyak di adopsi dan masih relevan dari generasi ke generasi. Dan seringkali dijadikan bahan diskusi dari kempus ke kampus, dan dari desa ke desa yang semuanya itu dilakukan dengan tujuan berharap bangsa ini jauh lebih baik lagi.

Karena kalau kita lihat beberapa uraian diatas, dan panjangan-nya perjuangan bangsa kita dalam mencapai kemerdekaan yang hari ini kita nikmati, tidak diperoleh dengan  mudah. 

Ada penderitaan, ada banyak darah dan air mata yang tumpah ditanah pertiwi ini, yang sudah sepatutnya kita harus menjaga dan menjamin bangsa kita agar tidak mengalami penderitaan yang sama seperti para pendahulul kita lewati.

Sudah seharusnya apa yang para pendahulu kita alami menjadi spririt dalam bernegara untuk mencapai kesejahteraan, cukup sudah segala bentuk penderitaan, darah dan air mata para pendahulu kita dalam memperjuangkan bangsa ini sebagai penebus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun