Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa Itu Filsafat Eksistensialisme

11 Februari 2024   01:50 Diperbarui: 11 Februari 2024   02:10 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa itu filsafat eksistensialisme; 

Tokoh terkenal  Akar Eksistensialisme;  Jean-Paul Sartre (1905/1980), Simone de Beauvoir (1908/1986), Albert Camus (1913/1960), Martin Heidegger (1889/1976); tokoh Seniman eksistensialis: Pablo Picasso (1881/1973), Fyodor Mikhailovich Dostoyevsky (1821/1881), Franz Kafka (1883/1924), Samuel Beckett (1906/1989),  Tokoh terkenal lian adalah Soren Kierkegaard (1813/1855), Friedrich Nietzsche (1844/1900).  

Filsafat Eksistensialisme mencakup semua aliran filsafat yang fokus pada dimensi eksistensial manusia. Filsafat eksistensial Jerman Jaspers dan Heidegger dianggap sebagai akar eksistensialisme Perancis . Dalam pendekatan ini konsep eksistensi dipandang sebagai penyimpangan dari tradisi metafisik. Pemahaman ini memahami keberadaan hanya sekedar fakta bahwa sesuatu itu ada, sedangkan esensi yang menentukan secara ontologis (esensi, substansi) menentukan apa sebenarnya yang membentuk sesuatu tersebut.

Nietzsche: "Tuhan sudah mati!"Pernyataan Nietzsche menandai titik balik dalam sejarah filsafat dan menimbulkan gelombang besar. Pernyataannya yang provokatif secara radikal mempertanyakan kepercayaan tradisional.

Tapi apa sebenarnya maksud Nietzsche;sudut pandangnya tidak mengacu pada kemenangan filsafat atas agama. Sebaliknya, ia berbicara tentang fenomena sosiologis (dalam pandangannya) : sistem kepercayaan tradisional -- khususnya agama -- telah kehilangan dominasinya selama berabad-abad. Di masa lalu, sistem tradisional banyak menghilangkan pemikiran dan tanggung jawab masyarakat. Individu menemukan makna hidupnya dan orientasinya dalam hubungannya dengan "Yang Mutlak" (Tuhan).

Menurut Nietzsche, ketika "Tuhan mati", manusia kini berada di dunia tanpa makna absolut. Atau  " Jika Tuhan tidak ada, semuanya diperbolehkan. Dostoyevsky

Kebebasan & tanggung jawab. Artinya, sebagai subjek yang bebas, masyarakat harus secara mandiri memperjuangkan makna dan nilai-nilai yang tidak lagi didikte dari luar. Ada kebebasan yang sangat besar dalam hal ini, namun hal ini  memerlukan tanggung jawab yang sangat besar , karena masyarakat kini harus memutuskan sendiri apa yang berarti dan berharga bagi mereka.

Sikap fenomenologis dalam eksistensialisme;Kalau agama sudah tidak memberikan apa-apa lagi, kenapa tidak diganti dengan sains; Eksistensialisme mengakui pencapaian dan manfaat ilmu pengetahuan, namun menolak menerapkan metode hipotesis dan eksperimen (objektif) yang digunakan ilmu pengetahuan alam terhadap pertanyaan-pertanyaan eksistensial kehidupan manusia.

Penelitian empiris tidak memiliki jawaban konkrit terhadap pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan makna hidup individu.  belum ada metode yang terbukti untuk meneliti topik ini. Sulit  untuk mengetahui nilai-nilai apa yang menjadi landasan hidup Anda dan mengapa Anda ingin menjalaninya. Eksistensi manusia tidak bisa dilihat dari sudut pandang orang ketiga . Dan tentu saja jangan menghakimi.

Manusia selalu dan mau tidak mau berlabuh pada keberadaannya (perspektif orang pertama) dan tidak pernah terlepas darinya. Sebaliknya, kaum eksistensialis menekankan pentingnya emosi dan suasana hati , karena mereka percaya bahwa emosi dan suasana hati mencerminkan sikap subjektif seseorang terhadap kehidupan. Rasionalitas saja tidak memberikan pedoman untuk membentuk keberadaan kita. Benda-benda seperti meja dan vas tidak mengandung emosi atau subjektivitas apa pun sehingga tidak dapat berfungsi sebagai sumber makna. Sebaliknya, emosi dan suasana hati kitalah yang menghubungkan kita dengan dunia dan membentuk kehidupan kita.

Suasana hati bertindak sebagai latar belakang pengalaman kita dan secara signifikan mempengaruhi interpretasi kita terhadap setiap situasi. Oleh karena itu tidak dapat dipungkiri bahwa hidup kita selalu disertai dengan fenomena afektif.  Manusia tidak hanya terikat pada dunia fisik, tetapi  pada dunia yang penuh makna. Tugas manusia.Alih-alih tetap berada dalam kekosongan ini, filsafat eksistensial mengakui pengalaman kehilangan makna sebagai tantangan untuk secara aktif mengisi kehidupan dengan makna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun