Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Semar pada Sedulur Papat Limo Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa, Bagian 2)

16 November 2020   20:39 Diperbarui: 24 Januari 2023   10:16 1274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manik Moyo atau Batara Guru.

'Sanghiyang Wenang/Sanghiyang Tunggal",  melalukan sayembara kemudian menghasilkan 3 Satria semua, lalu siapa yang kuat diantara 3 Satria tersebut, maka diadakan lomba makan menelan Gunung (nguntal Gunung) kebijaksanaan;

Tejo Matri atau Togog tidak mampu menelan Gunung (nguntal Gunung) kebijaksanaan hanya mampu berusaha membuka mulutnya dengan lebar

Ismoyo atau Semar mampu menelan gunung tetapi tidak mampu memuntahkan atau mengelurkan dari dalam perut, maka semar menjadi berperut gendut sampai hari ini'

Sedangkan Manik Moyo atau Batara Guru mampu menelan gunung dan  mampu memuntahkan atau mengelurkan dari dalam perut.

Lalu bagimana Sedulur Papat Limo Pancer pada Kajian Filsafat Roh Jawa  dihasilkan? Yakni ketika selanjutnya Manik Moyo atau Batara Guru memiliki 4 tangan disimbolkan pada 4 arah angin Timur Barat Utara dan Selatan; yang disintesiskan dalam 4 watak umum manusia yakni:

  1. Utara menjadi warna hitam, bisanya  suka makan enak atau isi perut, ngomongin orang atau berwarna hitam
  2. Timur ; menjadi   warna putih;  suka kekayaan, materi, property dan kepemilikan, wanita, tahta, harta, tapi lupa asal usul;  
  3. Selatan menjadi berwarna merah suka rebut berantam dan konflik   
  4. Barat menjadi warna kuning;  suka pada metafisik, keahlian pada beda pusaka, ilmu kanuragan, bakar kemenyan, dan makhluk gaib; menemukan alam gaib di tempuran 4 sungai dst;  


Maka metafora semiotika  bisa disebutkan sebagai 4 mental manusia yakni " empat unsur paling dasar, yaitu lawwamah, supiyah, amarah dan mutmainah. Perjumpaan antara  pada 4 arah angin Timur Barat Utara dan Selatan ditafsir pada hemenutika pada sifat "aluamah supiah amarah, mutmainah" mengalami proses diri ada di pusat (pusat diri manusia); misalnya kita manusia punya tangan kiri dan kanan, kemudian kaki kiri dan kanan atau 4 pancer dan ke lima (5) badan tubuh; ke 6  gesang  ke 7 wujud dan ke 8 tinggal rino (hari lahirnya) manusia; atau manunggal antara Kakang kawah dari laki lanang vs  Ari-ari dari wadon ibu disebut sebagai "sadulur ingkang karimatan lan mboten karimatan; atau kemenjadian dari Wahid  artinya Maha Tunggal/Esa;

Jika ditelusuri lebih dalam lagi maka manusia punya tangan kiri dan kanan, kemudian kaki kiri dan kanan atau berjumlah 20 jari-jari dari 4 pancer ontologis, menjadi alienasi diri pada 4 arah angin Timur Barat Utara dan Selatan ditafsir pada hemenutika pada sifat "aluamah supiah amarah, mutmainah" menghasilkan "Roh Aksara Jawa" atau Aksara Kawi Aji Saka;  yang berjumlah 20 huruf;  (1) ha na ca ra ka  (tesis); (2) da ta sa wa la (Anti tesis); (3) pa da ja ya nya (sintesis); (4) ma ga ba tha nga (kekosongan_ ngesti Suwung atau saya sebut "Hong"); empat pengalaman negative dan positif ini kemudian menghasilkan apa yang disebut "tatanan" semacam kecocokan, harmoni, menjadikan dokrin jiwa manusia (papan, ampan, adepan); atau nama lain pada sastra agung bernama "Mantra Kidung Bawono Langgeng" epos "Hong Wilaheng Sekareng Bawono Langgeng" Sopo entuk wahyuning Gust Allah; Gyoh dumilah mangulah ngilmu bangkit; Bangkit mikat reh mangukut; Kukutaning jiwanggo; Yen mangkono; Keno sinebut wong sepuh; Liring sepuh sepi howo; Awas loro ning atunggil (artinya terjemahannya adalah Siapapun yang menerima wahyu Tuhan; Dengan bijaksana mawas diri mencerna ilmu tinggi; sanggapu n mampu menguasai ilmu kasampurnan; Kesempurnaan lahiriah batiniah; Dan  pantas disebut "orang tua" bijaksana; Arti "keutuhan manusia " adalah  mampu mengendalikan semua hal paradox kehidupan;

Ke empat metafora semiotika  4 arah angin Timur Barat Utara dan Selatan atau 4 dimensi ontologis roh pada (api, angin, tanah, dan air) atau hermeneutika aluamah supiah amarah, mutmainah" memiiki hasrat sendiri-sendiri, dan semuanya bisa bergerak berproses menjadi Bathara Guru, tapi wataknya tidak adil bijaksana;

Bagimana penjelasan lanjutannya?  Pada akhirnya dijelaskan kepada Tejo Matri atau Togog kamu jangan kecewa walaupun jelek wujudmu, itu hanya sebagai wadah atau tempat (kurungan); sejati Tejo Matri atau Togog tetap bagus dan indah; kamu tetap mewakili wewenang Ksatria Angkara Murka Tanah Sebrang;

Ismoyo atau Semar mampu menelan gunung adalah adil mampu membawa beban kehidupan, dan apa saja kuat, maka Ismoyo atau Semar adalah pembimbing Ksatria Tanah Jawa yang berwatak adil; dimana keturunan watak sifat (bibit)nya menghasilkan pemimpin Indonesia selamanya;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun