Buah hatiku! Iya, kamu hatiku, kamu tahu saya,
Dan mata yang sering menangis di lembah
Di saat-saat kesengsaraan, tanpa cahaya api cinta
kini menanti harapan dan melihat jendela jiwaku!
Dalam kesunyian malam tanpa bintang, Â pikirkanlah rasa kosong
Di mana kesedihan kekal menyerang tiap detik jantung, jam dinding,
Yang membuat merayu waktu, merayu jarak, merayu senja kala itu
Makan berlumpur, berbaur luntur, disambut dengan lupakan aku.
Tetapi seandainya memiliki hati yang jujur, setia, dan murni
Di dunia yang kusut, lumpur kegelalan, di antara para penghujat
Itu benar dan waktu dan penantian hari murni
Kebahagiaan surgawi bagi penantian dengan dosa karma.
Buah hatiku! Â Andaikan kamu tetap jujur dan murni serta setia!
Jiwa yang baik! Â Mungkin banyak yang menunggu mu digerbang istana
Itu seperti milik para pusaka dunia. Â Lalu
Memperkuat penantianku dalam penderitaan tak berwaktu.