Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apakah Sunda Empire Bisa Diuji Validitas dan Reabilitasnya? [2]

25 Januari 2020   16:30 Diperbarui: 25 Januari 2020   16:32 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Platon membagai 3 bentuk metafora alegori untuk mencapai ["idea Yang Baik"]  yakni: (1) Matahari (Sun), (2) Dua Garis Membagi (Divided Line), (3) Gua (Cave). Atau dipahami pada metora  "The 'Allegory Of The Cave" atau Alegori Gua (Cave) pada pemikiran buku pada teks Buku VII The Republic Platon atau Politeia Platon, atau esensi dialog Socrates Glaukon pada teks Buku VII ["514a1 sampai 517a6"]. Makna matahari  adalah untuk kontras antara bidang yang terlihat dan dapat dipahami. Yang pertama dihasilkan, dipelihara dan diatur oleh matahari, yang   menyediakan cahaya yang dibutuhkan oleh mata untuk mendapatkan akses ke dunia fisik. Sesuai dengan matahari di dunia yang dapat dipahami adalah Yang Baik: "Apa yang memberi kebenaran pada hal-hal yang diketahui dan kekuatan untuk mengetahui bagi yang mengetahui adalah Bentuk dari Yang Baik. Dan   itu adalah penyebab pengetahuan dan kebenaran,   merupakan objek pengetahuan. "(508e). Memang, Kebaikan bertanggung jawab atas 'keberadaan' objek-objek yang dapat diketahui.

Garis dimulai dari pembagian luas yang ditentukan oleh matahari: ada bidang yang dapat dipahami dan bidang yang terlihat. Masing-masing lagi dibagi menjadi dua bagian (tidak sama). Di bagian bawah yang terlihat orang menemukan gambar, bayangan dan semacamnya. Objek fisik biasa yang gambarnya adalah gambar menempati bagian atas. Mengatur gambar adalah fakultas eikasia, imajinasi. Mengatur dunia fisik adalah fakultas pistis , secara harfiah keyakinan atau keyakinan, tetapi umumnya dianggap sebagai kepercayaan.

Platon selanjutnya beralih ke segmen bawah dari bagian garis membagi yang dapat dipahami:  jiwa, menggunakan sebagai gambar hal-hal yang ditiru sebelumnya, dipaksa untuk menyelidiki dari hipotesis, melanjutkan bukan ke prinsip pertama, tetapi ke kesimpulan. Di subbagian lain, bagaimanapun,   membuat jalannya ke prinsip pertama yang bukan hipotesis, berangkat dari hipotesis, tetapi tanpa gambar yang digunakan dalam subbagian sebelumnya, menggunakan Formulir sendiri dan melakukan penyelidikan melalui mereka (510b).

Segmen paling atas  adalah  Objek adalah bentuk dan fakultas mengatur Form adalah Nous, Pengetahuan atau Pemahaman. Termasuk dalam kelompok ini adalah Baik itu sendiri, paling baik dianggap memiliki status pertama di antara yang sederajat. Tepatnya apa yang harus dibuat dari objek di bagian ketiga, fakultas dianoia, dan sifat hipotesis adalah masalah kontroversi besar. Dengan contoh-contoh Plato, kapasitas dianoia nampak khas dari penalaran ilmiah atau matematika.

Obyek dianoia kemudian, secara kasar, adalah objek ilmu. Tampaknya ada dua pendekatan dasar untuk 'objek' dianoia, tergantung pada bagaimana seseorang memahami frasa partisipatif "menggunakan sebagai gambar hal-hal yang ditiru sebelumnya": 1) Objek segmen ini adalah semacam gambar 'abstrak' hal-hal materi biasa - jenis gambar yang berbeda dari jenis yang merupakan bayangan dan refleksi; atau 2) objek-objek tersebut adalah objek material itu sendiri yang sekarang diperlakukan (secara abverbial, seolah-olah) dengan cara yang khusus dan berbeda, atau mereka adalah Bentuk, meskipun diperlakukan dengan cara yang berbeda dari cara di mana tidak ada yang memperlakukan Bentuk.

Cave, bisa dibilang analogi paling terkenal dalam sejarah filsafat, memperkuat pesan garis. Para tahanan yang duduk, dirantai sehingga mereka tidak bisa menggerakkan kepala mereka, menatap dinding gua yang merupakan gambar-gambar yang diproyeksikan. Gambar-gambar ini diambil dari tokoh-tokoh ukiran yang diterangi oleh api dan dibawa oleh orang-orang di tembok di atas dan di belakang tahanan. Seorang tahanan dilepaskan dari rantainya. Pertama-tama dia melihat gambar-gambar berukir dan api. Kemudian dia dibawa keluar dari gua ke dunia 'nyata'. Dibutakan oleh cahaya matahari, dia tidak bisa melihat pepohonan, batu, dan binatang di sekitarnya, tetapi sebaliknya melihat bayangan dan pantulan (dalam air) yang dilemparkan oleh benda-benda itu. Ketika dia menjadi teraklimatisasi, dia mengalihkan pandangannya ke objek-objek itu dan akhirnya, teraklimatisasi penuh, dia melihat ke sumber penerangan, matahari itu sendiri.

Dalam analogi Gua, yang berhubungan dengan benda-benda fisik yang menjadi dasar kepercayaan adalah patung-patung berukir di dalam gua. Sesuai dengan 'menggunakan sebagai gambar apa yang sebelumnya ditiru' adalah refleksi di kolam. Namun, jika Cave adalah panduan kami, gambar-gambar dematerialisasi ini dihasilkan bukan dari patung pahatan tetapi dari hewan, yaitu, gagasan itu sendiri.

Interprestasi gagasan Sunda Empire dalam hubungan dan keterikatan kesatuan dan pengendalian Nuklir, PBB, Nato, Pentagon  dengan  ide Platon sebagai "Eikasia (persepsi/gosib)" atau "Pistis (kesan pancaindra)". Bagi mereka dua pengetahuan ini sudah sebuah realitas sesungguhnya atau disebut Platon sebagai pengetahuan "doxa" atau opini. Tetapi pengetahuan model ini tidak bisa dianggap benar, dalam tatanan memerintah dengan adil dan benar dalam tatanan ilmu sejak zaman klasik sampai hari ini.

Ini pada teori ini kondisi  Sunda Empire  tidak lebih hanya pengetahuan pengetahuan (Doxa atau Opini) ini disebut sebagai pengalaman persepsi indrawi (aesthesis arte), dan menurut Socrates manusia demikian adalah manusia tidak terdidik (apaideusias) atau manusia bodoh [maaf] atau manusia dalam gua hidup dalam baying-bayang dan halusinasi. Karena kebodohan ini maka Socrates mewajibkan manusia membutuhkan pendidikan [paideia] pembelajar dan membentuk manusia berkebudayaan.

Tanpa data, tanpa matematika, tanpa angka, tanpa riset, tanpa bukti empiric maka sesungguhnya sampai hari ini Sunda Empire hanyalah pengetahaun sebatas "hinter-welt" (dunia bayang-bayang) atau gosib atau ilmu hanya "katanya atau retorika" tanpa logika nyata; maka dapat dipastikan Sunda Empire belum bisa masuk dalam diskursus public pada memandang yang ide dan tak berubah atau Sunda Empire belum ada logika diskursif matematika.

Maka  manusia dalam gua "hinter-welt" (dunia bayang-bayang) oleh  Socrates dan Platon menyatakan tipe manusia bodoh dan tidak terdidik ini diperlukan tindakan paksa keluar dari manusia zona gua ["Eikasia atau persepsi/gosib)" atau "Pistis (kesan pancaindra"] menuju tahap lebih tinggi yakni tahap pengetahuan intelek atau episteme dalam kemampuan menjadi manusia pembelajar memahami ["Dianoia"] atau logika abstrak matematika, dan sampai kepada tertinggi tertanammnya jiwa manusia pada pengetahuan ["Noesis"] atau (Arete) pada dokrin Platon. Pergereakan Tahap ini disebut garis membagi antara Pengetahuan "Eikasia dan Pistis" Menjadi Pengetahuan Dianoia dan Noesis atau mengubah manusia Gua dalam halusinasi baying-bayang atau  Mengubah pemikiran Filsuf Gadungan Menjadi Filsuf Kebenaran;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun