Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Teknologi Mengalienasikan Manusia: Heidegger, Bell, Fukuyama

24 Mei 2019   15:55 Diperbarui: 24 Mei 2019   16:23 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konferensi ceramah dan kunjungan, yang pernah dianggapnya sebagai kegiatan yang bermakna, kini tampak baginya 'seolah-olah menembus dinding kaca'. Alienasi sebagai kehilangan identifikasi: Perlmann tidak dapat mengambil kegiatan akademik sebagai konstitutif untuk identitas atau pemahaman dirinya. 

Keterasingan sebagai hasil ketidakpedulian dari hubungan yang terdistorsi antara diri dan dunia luar dan didukung oleh IT atau teknonogi. Dalam bentuk alienasi terakhir ini, barangkali menjadi paling jelas mengapa ada alasan untuk mempertanyakan peran institusi dalam mengatasi alienasi: subjek membutuhkan dunia untuk menyadari dirinya sendiri, namun dunia eksternal tidak dapat mencegah subjek menjadi acuh tak acuh.

Fenomena  alienasi, dan satu-satunya kekuatan yang mengasingkan tujuan yang dipertaruhkan dalam manifestasi teknologi modern dari keterasingan ini adalah bentuk-bentuk kehidupan tertentu di mana agen berusaha untuk mewujudkan diri mereka sendiri.

Akhirnya dari sudut pandang ini, pemikiran teknologi informasi ada situasi  menandakan kembalinya yang tertindas: kembalinya radikal  politik emansipatoris pada saat itu apa yang telah dinyatakan secara historis disangkal,  mimpi buruk utopis yang berbahaya mengancam nilai-nilai demokrasi liberal, suatu yang mengkhawatirkan pengukuhan kekerasan politik dan teror.

Teknologi memiliki  sifat abadi dan tak terhancurkan dari ide-ide sejati, di atas semua itu  keadilan egaliter universal  "dan pemikiran anti-totaliter muncul dalam semua kesengsaraannya seperti apa adanya":  "pseudo-theorization" teknologi yang canggih berasal dari  ketakutan dan naluri bertahan hidup oportunis terendah, dari kesengsaraan kapitalisme global, sebuah tindakkan  reaktif dinyanyikan oleh Nietzschean manusia terakhir.

**Tulisan ini adalah bahan kuliah Pascasarjana UMB Jakarta 2018/ 2019***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun