Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Di Balik Soal UAS, Terdapat Sebuah Kata-kata Bijak

20 Januari 2020   21:09 Diperbarui: 20 Januari 2020   21:20 3084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Datang ke kampus dengan rasa yang terburu-buru sangatlah tidak nyaman, bagaimana tidak, saat di kost saya sudah memprediksikan jam berapa selesai kerja beserta dengan tetek bengeknya, di lanjutkan belajar walau hanya hitungan menit yang dimana Minggu ini saya akan menjalani Ujian Ahkir Semester yang di adakan pihak kampus.

namun yang terjadi saya molor.dimana ujian di mulai pada pukul 14.30 dan saya menginjakkan kampus 5 menit kurang, mau tidak mau rencana untuk belajar saya anggap Gagal.

Saat masuk kedalam kelas, saya memilih untuk duduk di kursi paling depan sebelum dosen pengawas datang, saya sudah mempersiapkan segalanya untuk menghadapi ujian,mulai dari doa, kartu ujian, bolpoint dan kartu ujian.

Si dosen pengawas datang dan sekaligus memimpin doa untuk memulai Ujian Ahkir Semester tersebut.doa selesai. Kertas kosong dan soal ujian di bagikan sambil absensi berjalan.

Setelah melihat sifat ujian yang bertuliskan  " close book " dan di bawah ke 5 soal tersebut terdapat kata-kata mutiara yang menyebutkan

"Usaha yang paling berharga apabila sesuai dengan kemampuan yang di keluarkan kejujuran merupakan dasar untuk membangun bangsa"


Sontak, setelah saya membaca kalimat tersebut secara tidak langsung kalimat itu mempertanyakan diri saya sendiri, saya tertantang akan kalimat ini sekalipun tak satupun saya sempat belajar.beberapa menit berjalan saya mulai melihat soal mulai dari nomor 1.2.3.4.dan 5. 

Puji tuhan dalam hati, masih ada 1 dan 2 soal yang mampu saya kerjakan dengan mengandalkan nalar pribadi saya sendiri.

Dosen pengawas meninggalkan kelas dalam beberapa saat, mungkin juga dalam waktu yang lama pikirku. sontak keadaan kelas mulai tidak kondusif setelah anak tingkat atas mulai berdiskusi menanyakan jawaban dari soal-soal yang di berikan.aku tetap fokus mengerjakan tugas dengan tulisan bak cakar ayam yang berantakan.dosen pengawas masuk kelas dan keluar  lagi, dan keadaan kelas sama seperti suasana kerja kelompok.jujur saya sangat terganggu dengan keadaaan tersebut.

namun aku harus tetap tenang karna ini ujian.soal pertama selesai, lanjut mengerjakan soal ke dua, sementara orang yang ada di kanan ku mulai gelisah sambil menyebut-nyebut kalimat tersebut.saya tersenyum melihatnya, saya tau, kejujurannya mulai goyah, setelah dipuji di depan kelas sebelum ujian di mulai oleh dosen pengawas dengan predikat "si calon pemimpin'. Itu bukan pujian dalam hatiku, melainkan sebuah beban. Dengan berat hati, teman yang ada di kananku pun ahkirnya menyontek juga.

30 menit sebelum ujian berahkir, dosen pengawas datang sambil memberi toleransi " 10 menit sebelum pukul 16.00 silahkan open book atau buka internet. 

Namun toleransi itu tidak membuat tekadku goyah. Aku tidak mau mengasihani diriku sendiri, aku bangga dengan kemampuan yang ku miliki saat ini.
Ku kumpulkanlah jawaban  berdasarkan kemampuan sendiri.walaupun tidak seindah dan selengkap jawaban hasil contekan yang mereka miliki. Namun rasa bangga berjalan saat keluar dari kelas.jelas saya menang melawan pertempuran batin saya sendiri.

Saya tarik kesimpulan dari kejadian tersebut, dosen sengaja meninggalkan kelas dalam waktu yang lama.yang saya pahami bahwa dosen ingin mengetest kata-kata mutiaranya tersebut. Dan hasilnya , sebagian banyak dari teman-teman yang ada di dalam kelas tidak peka akan hal tersebut.

saya pun sempat sedih dan kecewa, karna dari kejadian tersebut saya sudah bisa melihat bibit-bibit koruptor muncul .yang dimana di dalam keseharian, hampir seluruh mahasiswa sangat menentang Korupsi. 

Namun mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka sudah menghalalkan dan sengaja memupuk benih-benih korupsi muncul di hidup mereka.

Lantas untuk apa seorang Mahasiswa berteriak Lantang dan keras dalam sebuah aksi membahas isu Korupsi.yang dimana mereka rela tersengat akan teriknya cahaya matahari demi tuntasnya sebuah kasus tersebut.namun, tanpa mereka menyadari, ketika di kelas, mahasiswa masih membudayakan kebiasaan mencontek saat ujian, bolos kuliah lalu titip absen, tidak mau bekerja sama dalam kelompok, menaikkan harga buku kepada orang tua dan Bahkan sampai SPJ BODONG.

Bahkan Prof. Dr. Jacob Elfinus Sahatapy, S.H. seorang pakar hukum berkata "mencontek adalah bibit dari korupsi"  dan terbiasa korupsi awalnya dimulai dari kebiasaan mencontek, hal tersebut secara tidak langsung melatih seseorang untuk berbuat curang di tengah desakan dan tuntutan yang kian mendesak.sehingga cara instan pun di gunakan.

Mahasiswa adalah calon pemimpin bangsa, namun, bila kebudayaan Korupsi di lingkungan perguruan tinggi masih mereka pertahankan, lantas apa kabar Bangsa kita kedepannya ?

TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT.

Sumber: https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/febronipurba/mencontek-adalah-korupsi_552be1aa6ea834c24f8b4585

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun