"Halooo, Apa perlu aku ubah body ini kaya barbie, biar gak di hujat lagi? "
"Yakin banget, gak bakalan berhenti deh, pasti tetap aja ada yg komentar, "kok bisa badannya seramping itu? Jangan jangan sedot lemak yah?"
"Buset tinggi banget tuh badan kaya tiang listrik aja!"Â
"Please yahhh nie hidup hidupku, gak usah merasa paling benar, dan merasa paling sempurna. Karena kan kita tahu, yang sempurna itu hanya yang Maha Kuasa".
Sangat wajar dong kita merasa kesal dan frustrasi ketika mendengar komentar-komentar itu. Namun, penting juga memang diri ini untuk mengubah pola pikrr agar hinaan itu menjadi sumber dalam memperkuat rasa percaya diri.
Tinggi badan, berat badan, atau penampilan fisik lainnya bukanlah sesuatu yang seharusnya menjadi bahan untuk mengolok-olok atau merendahkan orang lain. Setiap orang memiliki keunikan dan nilai yang lebih dari sekadar penampilan fisik.
Sebagai manusia, kita seharusnya lebih memperhatikan nilai-nilai dan kepribadian seseorang daripada sekadar penampilan luar. Menghargai dan menghormati orang lain apa adanya adalah sikap yang lebih baik daripada mengejek atau mencela hal-hal yang tidak mudah diubah oleh seseorang.
Jadi, alih-alih mengomentari atau mengolok-olok penampilan fisik orang lain, mari kita fokus pada hal-hal yang lebih positif dan membangun, serta memperlakukan semua orang dengan hormat dan penghargaan yang pantas mereka terima.
Karena membangun generasi tanpa bully itu ya dimulai dari kesadaran kita akan pentingnya menghormati dan mendukung satu sama lain. Setiap individu itu memiliki nilai dan martabat yang sama, dan tidak ada alasan untuk memperlakukan orang lain dengan hal-hal yang tidak baik. Ketika kita membangun lingkungan yang ramah dan inklusif, kita memberikan ruang bagi setiap individu untuk berkembang tanpa rasa takut akan intimidasi atau ancaman. Mari bersama kita hentikan bullying itu Guys!.
Penulis: Atin Mustaotinah