Pak Po, lantas menceritakan, setelah mengetahui saudaranya tidak tertolong, akhirnya mobil yang dikendarai balik arah untuk pulang. Sembari berkaca-kaca, Pak Po berucap lirih," kasihan anak-anaknya masih kecil-kecil," ungkapnya.
Di rumah, diakui Pak Po orang kampung sigap, tetap dengan protokol kesehatan segala persiapan untuk pemakaman juga telah dipersiapkan. Sedangkan baru diketahui istri saudaranya ini juga terbaring sakit, sementara dua anak yang masih kecil ada pada sang nenek.
Singkat cerita, pemakaman sudah dilakukan. Sedangkan sang istri tak henti-hentinya menangis. Pak Po bercerita keluarga mencoba menenangkan dan mengikhlaskan, hingga akhirnya, hari berganti hari, sampai berganti minggu, kondisi istri saudara Pak Po ini menurun.
"Kondisinya drop. Gak tau mungkin mikir suaminya kali ya. Akhirnya dia nyusul, jam 11 Siang pas meninggal," terangnya.
Aku yang tepat berada di depan, tersentak. Tak terasa mata berkaca-kaca. Bukan terkait kematian suami istri yang meninggal dunia, tapi nasib dua anak kecil yang diceritakan Pak Po, sepeninggal orang tuanya.
Rasa hati ini terasa sedih. Aku tak bisa membayangkan anak yang masih kecil harus kehilangan orang tua sekaligus. Secara lirih aku bertanya pada Pak Po," anak nya sekarang sama siapa Pak Po.?
"Ya diasuh gantian. Mbah nya kan sudah tua. Kadang sama tetangga sebelah. Kadang sama Pakdenya," kata Pak Po.
Aku kembali tertekun. Aku tidak bisa membayangkan ada di posisi adek-adek ini dan berpikir," Bagaimana makan mereka ya. Tidak ada orang tua, sekolahnya gimana ya," pikirku berkecambuk.
Tak terasa, setelah berjam-jam bercengkrama, suara adzan di mushola terdengar," kami yang ada disitu kemudian diingatkan," wees sudah adzan, sholat dulu," katanya.
Sembari berjalan ke mushola, Pak Po mengingatkan kami yang ada disitu untuk tetap patuh pada protokol kesehatan. Menurutnya Covid-19 layaknya binatang buas yang mencari mangsa. Karena itu ia tak henti-hentinya menyuruh kami untuk manut (patuh).
"Wes diati-ati. Penyakit ini gak ketok (gak kelihatan), dijogo awak e (badannya). Wes ndang wudhu sana," suruh Pak Po pada kami.