Dendang lagu Pudar dari Rossa dari radio sahut-menyahut di pengungsian. Tetangga barak kami, sering menemani saya dalam kesendirian. Lalu, dirinya merekomendasikan saya bekerja sebagai fasilitator di salah satu lembaga kesehatan remaja. Saya buru-buru menangkap umpan itu.Â
"Mau!"Â
Mata saya membulat. Sekonyong-konyong saya tak akan mendapakan umpan yang lain. Saya kelaparan. Saya merana....
Seminggu kemudian saya langsung bekerja tanpa melewati proses wawancara. Masuk melalui orang dalam itulah manfaatnya. Saya tidak peduli. Asalkan saya bisa memenuhi uang saku yang telah hilang itu.Â
Saya ikut pelatihan. Penguatan materi kesehatan remaja. Diperas habis-habisan. Program dijalankan dengan cepat. Saya dan beberapa teman lain langsung diturunkan ke sekolah-sekolah untuk memfasilitasi anak-anak remaja. Saya juga dipercaya memegang program talkshow radio yang merupakan kerjasama lembaga tersebut dengan salah satu radio swasta di Banda.Â
Uang saku saya 'nggak' lagi pas-pasan. Selain honor bulanan, uang jalan ke sekolah-sekolah juga diberikan sesuai jumlah sekolah yang ditugaskan, dan uang jalan ke radio tiap Rabu juga masuk ke kantong saya.Â
Sedikit demi sedikit.
Jadi bukit. Itu pasti.
Saya menabung.Â
Saya 'berinvestasi' di buku bank.Â
Saya mengirim surat ke orang tua melalui sopir L-300, "Saya sudah bekerja, SPP dan uang makan tidak perlu dikirim lagi ya," kesimpulannya begitu.Â