Sebagai orang tua; bagaimana kita mengajarkan bahwa liburan itu bukan saja soal jalan-jalan!
Saya tidak pernah merasakan liburan di masa kecil; karena orang tua tidak pernah membawa saya jalan-jalan sesuai kaidah orang lain jalan-jalan. Orang tua saya hanya mengajar sesekali ke bibir pantai, mandi laut, lalu pulang untuk bercocok tanam di sawah.Â
Mungkin, ada juga sesekali ke pasar malam di kampung sebelah tetapi jika diselami itu bukan liburan menurut kawan-kawan lain definisikan; naik mobil, naik pesawat, beli oleh-oleh, cerita lihat ini dan itu, atau pamer foto di sini dan di sana.Â
Saya?
Pamer foto sawah?
Foto di pantai?
Foto komedi putar?
Kawan saya tentu akan berujar, "Itu kan di dekat rumah kita!"
Akhirnya tidak ada definisi liburan yang sebenarnya bagi saya di waktu kecil.Â
Saat sudah dewasa begini saya baru memahami dengan pasti bahwa tiap orang tua punya cara, sesuai kemampuan, untuk menyenangkan anak-anaknya. Dulu, orang tua saya mungkin hanya punya duit segitu maka saya dibawa liburan ke pantai dekat rumah saja. Saat ada pasar malam di kampung tetangga, orang tua saya berpikir bahwa itu adalah 'pameran' terhebat dan terbaik untuk diperlihatkan kepada anak-anaknya.Â
Liburan paling hemat yang saya maknai di hari ini!
Tiap orang tua akan selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Liburan ke pantai misalnya. Memang itulah kemampuan orang tua saya. Namun apa yang membuat saya cemberut waktu itu sejatinya membuat kedua orang tua saya sedih karena itulah liburan bagi mereka, untuk anak-anaknya.Â
Kebersamaan yang saat ini sama sekali saya tidak bisa petik kembali. Di tengah waktu berlalu kencang, di saat pekerjaan menumpuk, di saat karir dikejar seperti harimau mengejar mangsa, di saat keluarga kecil sedang dibangun. Momentum bersama kedua orang tua saya sudahlah lenyap.Â
Saat rindu itu tiba. Saat menginginkan kembali pergi ke pantai bersama kedua orang tua. Tapi, sekali lagi. Orang tua sudah tidak menikmati saat-saat itu. Karena enggan meninggalkan rumah yang kadang bocor kalau hujan. Enggan meninggalkan sawah yang dikerumuni burung pipit menjelang senja. Enggan ke mana-mana karena badan sudah sangat lelah.Â
Kebersamaan yang sederhana itu adalah liburan yang paling berarti bagi saya. Kehidupan yang glamor sudah ada di milik orang lain. Kehidupan yang mahal biar dirasakan oleh sebagian orang saja. Saya tahu setiap anak butuh hal demikian. Namun jika diajarkan selalu, begitu itu, anak akan menagih, "Kapan kita liburan?"Â
Jawabannya apa? "Belum ada uang!"Â
Hal yang sangat tidak ada estetika ketika orang tua menyebut tidak ada uang di depan anak.Â
Liburan itu penting sekali. Tetapi bukan soal dekat atau jauh. Liburan itu soal kebersamaan yang orang tua bangun untuk mendekatkan antar anak dan orang tua.Â
Hari ini saya boleh bawa anak-anak naik pesawat, masuk mal, belanja barang-barang mewah. Di tanggal serupa tahun depan, anak-anak akan menanti momentum tersebut sementara pengeluaran saya tidak cukup sampai ke sana.Â
Nah, liburan itu soal rumah yang bersih, rumah yang adem, rumah yang rapi. Tidak selalu tiap Minggu ke pantai untuk menghilangkan penat karena itu adalah liburan.
Bersihkan kamar; itu liburan.
Bersihkan bak mandi; itu liburan.Â
Cabut rumput di halaman rumah; itu liburan.
Cuci mobil bersama-sama; itu liburan.Â
Masak bersama-sama; itu liburan.Â
Rapikan buku-buku di rak yang berdebu; itu liburan.Â
dan, liburan lain seperti hal sederhana yang mungkin lupa Anda lakukan bersama anak-anak.Â
Makna apa yang diajarkan kepada anak-anak?
Anak-anak akan memahami bahwa liburan itu bukan jalan-jalan dan habiskan uang semata. Saat-saat di rumah juga liburan yang mengajarkan kedisiplinan, ketekunan, kerapian, kesabaran, kebersamaan, dan hal-hal yang bisa Anda maknai sendiri.Â
Sehingga anak-anak tidak malas-malasan karena hanya dimanjakan dengan liburan ke tempat-tempat mewah lalu orang tua pusing sampai di rumah lantaran kehabisan duit.
Kebiasaan orang tua menjadi kebiasaan anak-anak di masa depan mereka. Liburan sekali itu wajar. Berkali-kalil; buang duit namanya.Â
Maka, tumbuhkanlah rasa dan cinta dalam kebersamaan karena ketika orang tua kita tua nanti, semuanya tidak bisa diulang kembali!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI