Liburan paling hemat yang saya maknai di hari ini!
Tiap orang tua akan selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Liburan ke pantai misalnya. Memang itulah kemampuan orang tua saya. Namun apa yang membuat saya cemberut waktu itu sejatinya membuat kedua orang tua saya sedih karena itulah liburan bagi mereka, untuk anak-anaknya.Â
Kebersamaan yang saat ini sama sekali saya tidak bisa petik kembali. Di tengah waktu berlalu kencang, di saat pekerjaan menumpuk, di saat karir dikejar seperti harimau mengejar mangsa, di saat keluarga kecil sedang dibangun. Momentum bersama kedua orang tua saya sudahlah lenyap.Â
Saat rindu itu tiba. Saat menginginkan kembali pergi ke pantai bersama kedua orang tua. Tapi, sekali lagi. Orang tua sudah tidak menikmati saat-saat itu. Karena enggan meninggalkan rumah yang kadang bocor kalau hujan. Enggan meninggalkan sawah yang dikerumuni burung pipit menjelang senja. Enggan ke mana-mana karena badan sudah sangat lelah.Â
Kebersamaan yang sederhana itu adalah liburan yang paling berarti bagi saya. Kehidupan yang glamor sudah ada di milik orang lain. Kehidupan yang mahal biar dirasakan oleh sebagian orang saja. Saya tahu setiap anak butuh hal demikian. Namun jika diajarkan selalu, begitu itu, anak akan menagih, "Kapan kita liburan?"Â
Jawabannya apa? "Belum ada uang!"Â
Hal yang sangat tidak ada estetika ketika orang tua menyebut tidak ada uang di depan anak.Â
Liburan itu penting sekali. Tetapi bukan soal dekat atau jauh. Liburan itu soal kebersamaan yang orang tua bangun untuk mendekatkan antar anak dan orang tua.Â
Hari ini saya boleh bawa anak-anak naik pesawat, masuk mal, belanja barang-barang mewah. Di tanggal serupa tahun depan, anak-anak akan menanti momentum tersebut sementara pengeluaran saya tidak cukup sampai ke sana.Â
Nah, liburan itu soal rumah yang bersih, rumah yang adem, rumah yang rapi. Tidak selalu tiap Minggu ke pantai untuk menghilangkan penat karena itu adalah liburan.
Bersihkan kamar; itu liburan.