Mohon tunggu...
Muhammad Baiquni
Muhammad Baiquni Mohon Tunggu... -

Nama saya Muhammad Baiquni, terlahir sebagai anak terakhir dari 3 bersaudara yang berarti saya anak ke empat dan satu-satunya anak lelaki di keluarga saya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menakar Rindu

20 Mei 2010   11:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:05 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak mengapa hatiku pecah terburai tak lagi kenal arah. Tak mengapa bila aku bukanlah pria yang pantas. Namun jangan engkau ajari aku untuk mengingkari hati ini, bahwa dia memiliki rasa yang begitu membuncah.

Jangan hakimi aku untuk rasa yang aku pun tidak paham darimana dia berasal. Apakah dari hasil pembicaraan-pembicaraan kita? Ataukah hasil dari diskusi-diskusi sekena yang tak berujung-pangkal. Ataukah dari suara-suara yang saling terikat di udara. Aku tak paham dari mana dia mengambil langkah lantas kemudian tiba-tiba ada yang tak kutahu darimana dia berlari entah dari berbagai arah.

Aku rindu. Apa engkau tahu?

Aku mencintaimu dengan buta. Tak pernah kutatap wajahmu seperti apa. Aku cuma tahu hati ini akan bergetar jika namamu tersebut. Aku cuma tahu bahwa dia tidak juga alpa melantun dalam doa-doaku. Namamu mengalir seperti aliran darah yang mengalir mengisi hidupku.

Menakar rindu, namun tak pernah kunjung usai. Terus menderai, tak jua dia mereda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun