Mohon tunggu...
Bagas Respati
Bagas Respati Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pengembara Kesepian

12 Oktober 2017   01:05 Diperbarui: 12 Oktober 2017   01:07 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Layaknya padang pasir. Disini sangatlah sepi. Seorang lelaki berjalan tak tentu arah dengan perbekalan yang seadanya. Mungkin kekurangan. Berharap ada tempat untuk singgah meski untuk sementara. Beratnya tas ransel yang ia bawa. Membuatnya sulit untuk melangkah. Ingin di tinggalkan. Namun tas ini sudah seperti melekat pada kulit.

Dilihatnya ke berbagai penjuru. Hanya ada kehampaan di tiap sudutnya. Ia paksakan tubuh untuk melangkah. Meski tak tau kapan akan temukan. Sebuah tempat peristirahatan. Hari hingga tahun terlewati. Tak juga temukan tempat. Hingga ia melihat sebuah bangunan yang berbentuk seperti sebuah rumah.

Senang dirasa. Ragu enggan mengalah. "Ah yang penting bisa istirahat" pikirnya singkat. Ia dekati rumah itu. Berjalan terus mendekati rumah itu. Hingga tak terasa ia sudah berada di depan rumah itu. Rumah yang sederhana. Tanpa pernak pernik yang berlebih namun tetap indah dipandang. Hingga saat akan membuka pintu rumah itu. Terdengar suara orang lain dari dalam rumah tersebut. Suara yang terdengar bahagia.

Diputuskan untuk meninggalkan rumah itu. Bukan karena apa. Namun ia tak mau jika dia mengganggu kebahagiaan penghuni rumah itu. Akhirnya ia kembali berjalan. Mengarungi kehampaan. Tanpa ada teman.

Kali ini tak butuh waktu lama untuk menemukan sebuah rumah. Ditemukan lagi rumah di antara kehampaan. Terlihat lebih simple. Namun elegan. Ia memastikan tak ada yang sedang menempati rumah itu hingga yakin. "Mungkin ini memang untukku" pikirnya lagi. Hingga akhirnya ia masuk ke dalam rumah itu. Dan itu adahal hal terbodoh yang pernah dilakukan. Karena yang ia datangi bukan sekedar rumah yang bisa didatangi untuk sekedar istirahat. Yang didatangi adalah sebuah ruang dalam kehampaan. Ruang yang memancing para kesepian. Ruang fatamorgana sesaat. Ruang yang memancing pengembara kesepian.

Saat ia hanyut di dalamnya. Atau terjebak. Tanpa disadari ada rumah yang terang tengah menunggunya. Menunggu dengan tenang dari balik kehampaan. Ruang ruang yang masih indah. Hingga ruang yang terlihat sudah kusam berdebu. Menunggu didatangi para pengembara yang tepat.

Mungkin ia bisa menerangkan ruang yang sedang ia datangi. Atau ia akan keluar dengan kondisi penuh tangis. Kembali mencari rumah. Atau ruang yang tengah menunggunya. Yang mungkin tak akan ia temukan. Karena pandangannya tertutup. Tertutup oleh air mata dan kenangan ruang sebelumnya. Dan tubuhnya yang makin susah untuk digerakkan. Karena ransel yang membesar terisi oleh entah apa. Dari ruang ruang hati sebelumnya. 

-Res

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun