Mohon tunggu...
AZNIL TAN
AZNIL TAN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Koordinator Nasional Poros Benhil

Merdeka 100%

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Solusi Ancaman Krisis Pangan Ditengah Wabah Corona (1)

23 April 2020   20:23 Diperbarui: 28 April 2020   21:20 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Koleksi Pribadi

Misalnya, stok susu balita. Untuk memenuhi kebutuhan susu buat 5 juta balita, stok yang tersedia untuk 36 hari sampai masuk stok kebutuhan selanjutnya. Karena masyarakat tidak tahu fakta sebenarnya lalu terjadi  pemborosan konsumsi, sehingga susu habis selama 30 hari. Untuk 6 hari selanjutnya terjadi krisis susu.  Sebenarnya hal itu  bisa diantisipasi bila pendataan dan perencanaan yang tepat, seperti memberi tahu ke masyarakat untuk melakukan penghematan.

Ada 2 parameter mengukur ketahanan pangan Indonesia selama wabah Corona berlangsung, apakah aman atau krisis? Parameter pertama, kemampuan jangka waktu stok pangan dikonsumsi  (barang out)

Di masa wabah Corona yang tidak tahu kapan berakhirnya, kita mesti hitung kembali dengan akurat semua stok bahan pangan baik berada di Bulog maupun di pasar lepas (seperti beras, jagung, ikan, daging, telur, cabe, sayur-mayur, minyak goreng, bawang, garam, gula dan berbagai bahan pendukung lainnya).

Menghitung sampai berapa lama stok pangan kita mampu tersedia dengan aman untuk memenuhi kebutuhan 271 juta lebih penduduk Indonesia selama wabah berlangsung. Menghitung jangka  waktu stok habis, supaya kita bisa membuat perencanaan masuknya pasokan stok baru sebelum habis?  

Berdasarkan data yang dirilis oleh Menteri Pertanian pada pertengahan bulan Maret kemarin mengklaim bahwa pasokan ketersediaan pangan strategis nasional aman sampai bulan Agustus 2020.

Dalam laporan tersebut,  stok ketersediaan 11 komoditas bahan pokok pangan terlihat masih berlebih dari kebutuhan konsumsi terhitung dari bulan Maret sampai bulan Agustus. Dilaporkan bahan pangan beras ketersediaan sebanyak 25.653.591 ton, sedangkan kebutuhan konsumsi dari bulan Maret sampai Agustus hanya sebesar 15.099. 846 ton.  Daging ayam ras ketersediaan sebesar 2.063.086 ton, sedangkan kebutuhan 1.737.216 ton. Begitu juga komoditas lainnya seperti jagung, cabai, minyak goreng, bawang merah dalam kondisi stok cukup sampai bulan Agustus bahkan berlebih.

Jika data ini jujur, berarti sampai bulan Agustus, Indonesia aman dari krisis pangan. Saya amati di pasar ternyata tidak ada kelangkaan barang meskipun ada beberapa bahan pokok terjadi kenaikan harga ditengah wabah Corona sudah hampir 3 bulan lebih melanda Indonesia. Artinya, seboros-borosnya masyarakat mengkonsumsi bahan pangan, tidak akan berkekurangan sampai bulan Agustus.

Parameter kedua, keberlangsungan pasokan pangan tetap ada tersedia (barang in). Parameter ini untuk mengukur kemampuan ketersediaan pangan tetap kontinue terpasok dalam mengantisipasi kehabisan stok paska Agustus nanti.

Adalah kekeliruan besar jika hanya menghitung stock yang ada pada saat sekarang saja, tetapi tidak berhitung akan ketersediaan kembali pangan masuk _(in),_ agar stok tetap terjamin aman  pada bulan-bulan selanjutnya.

Analisis kritisnya adalah darimana kita mendapatkan pasokan bahan pangan untuk selanjutnya? Apa langkah-langkah akan dilakukan?

Biasanya ketersediaan barang tetap ada kembali didapat dari hasil produksi  sendilri dan impor. Makin tinggi hasil produksi sendiri, makin mandiri daerah tersebut. Makin tinggi disuplay dari impor, makin tinggi ketergantungan pasokan dari negara luar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun