Mohon tunggu...
AZNIL TAN
AZNIL TAN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Koordinator Nasional Poros Benhil

Merdeka 100%

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dialog Imajiner Soal Sayembara Kabinet Jokowi

18 Agustus 2019   21:35 Diperbarui: 19 Agustus 2019   05:50 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tekun mendengar suara rakyatnya

Waktu malam itu, saya diberi kesempatan  untuk berbincang-bincang dengan orang nomor 1 di sebuah taman . Diterangi lampu taman yang remang-remang, kami memulai pembicaraan. Kami dengan kesadaran penuh telah sepakat  bahwa  pembicaraan ini menyangkut urusan negara tetapi tidak mengunakan fasilitas negara karena dikuatirkan akan mubazir jika tidak ada langkah konkrit lebih lanjut.    

AT:"Saya datang mengabarkan bahwa Generasi Baru lagi menunggu terobosan Bapak."

(Saya membuka pembicaraan)

JKW:"Terobosan apa lagi. Belumkah kalian mengerti lompatan-lompatan besar kemajuan yang sering berulang-ulang saya sampaikan?"

(dia menatap saya lalu mengenyutkan keningnya)

AT:"Nah ini maksud kedatangan saya menemui pak Presiden. Meski sampai berbusa-busa bagaimanapun mulut pak presiden menyampaikan tentang visi Indonesia kedepan. Semarah-marah apapun pak presiden kecewa pada kinerja para pejabat Bapak. Segigih bagaimanapun Bapak Presiden bekerja siang malam jungkir-balik merubah nasib bangsa ini. Itu tidak ada artinya bagi rakyat jika tim eksekutor Bapak adalah orang-orang tidak jelas. Jika Bapak masih membiarkan orang bobrok mengitari Bapak. Jika orang karbitan bapak akomodir."
(Saya diam sejenak)  
"Bapak mengecam pola-pola lama tetapi masih terjebak pola-pola lama dalam menentukan eksekutor Bapak. Apa bedanya Bapak dengan presiden sebelumnya yang dimiliki oleh republik ini"  

JKW: "Bisa anda tunjukan contohnya kebobrokan orang sekitar saya itu!"


(terlihat dia antusias dan tidak tersinggung dengan pernyataan saya)

AT: "Sangat bisa Pak Presiden. Contoh tentang visi bapak dalam hal land reform. Bapak memang sudah dengan tegas telah meminta, jajaran kabinet sampai pemerintah daerah menyelesaikan konflik agraria, termasuk yang ada di dalam hak guna usaha. Tapi sayangnya, ketegasan Bapak tidak ditindaklanjuti dengan eksekusi serius dan cepat oleh orang-orang Bapak. Konflik agraria masih terus terjadi tanpa ada terobosan berarti dan berjalan sendiri-sendir.
Dari data KPA tercatat 1.769 kasus agraria dengan menewaskan 41 orang, 51 tertembak, 546 dianiaya, sekitar 940 petani dan aktivis dikriminalisasi. Penyebab kekerasan, polisi, jasa keamanan swasta, satpol PP hingga militer.
Penggelapan luas lahan HGU tetap lestari. Sebagaimana Bapak pernah ungkapkan bahwa penguasaan tanah beratus-ratus ribu hektar dan bahkan jutaan hektar oleh segelintir orang menjarah tanah adat, tanah negara dan masyarakat tetap saja dilegalkan sejak zaman Soeharto sampai sekarang.  
Perkebunan plasma tidak tersalurkan dengan benar ke masyarakat dan hanya dinikmati oleh  tuan-tuan tanah lokal.  
Konflik sengketa lahan antara perusahaan dengan perusahaan seperti terjadi di Konawe Uatara antara PT. Antam dengan perusahaan- perusahaan swasta yang berseteru selama 12 tahun sampai sekarang tidak ada jalan keluarnya. Seharusnya orang Pak Presiden bisa memediasi mencari win-win solution bagaimana lahan tersebut bisa produktif. Negara dan daerah dapat income, ekonomi masyarakat hidup, dan kepercayaan investor berinvestasi ke Indonesia semakin tinggi"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun