Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Debt Collector Vs Penagih Utang Tarung Rahasia

13 September 2020   06:06 Diperbarui: 13 September 2020   06:36 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Brak !

Meja digebrak Midun sekuatnya. Maksudnya menakut - nakuti Jamal agar takut dan membayar hutangnya pada Juragan Aik, bandar ikan,  Kampung Cai.

Tidak cuma itu 7 batu akik besar yang dipakai di kedua tangannya dipamerkan terang - terangan. Kumis melintang dan kepala botak, menambah seram penampilan Debt Collector alias penagih hutang tinggi besar asal Aceh ini. 

 Jamal, laki laki Madura,  hanya memainkan batang rokok kretek yang dari tadi tidak kunjung ia hisap. Rambut gondrongnya dipermainkan angin Teluk, Dermaga Sunda Kelapa. Anak muda ini berusaha menahan luapan amarahnya. Dia sabar kan hatinya melalui semua penghinaan ini. 

"Kamu tidak senang dengan gaya saya barusan. Hah !? Bentak jagoan Pulau Manyar, sambil memelintir kumisnya. Jamal bergeming acuh. 

Dari tadi ia terus berhitung di bagian tubuh lawannya sebelah dada atau leher yang akan dia hajar dengan clurit kecil  dibalik punggungnya. Cukup dengan satu gerakan kilat, pasti mati Midun. 

Sementara Jagoan botak itu terus memandang remeh dan rendah Jamal lelaki kurus miskin nyali dia pikir. 

 Rambut gondrongnya makin kusut ditiup angin laut dan gemelutuk gemuruh batinnya. Kali ini Jamal baru berhitung ketat, apakah gara - gara hutang hanya satu setengah juta rupiah saja, ia harus membunuh orang,  rekan sejawat pemagih hutang recehan,  sedang sebagai debt collector spesialis jumlah milyaran, anak muda itu sudah membunuh 12 lawannya tanpa orang tahu.  Apaakah kali ini, di dermaga kapal sepi ini iia harus menggenapi satu kepala lagi agar genap 13, batinnya?! 

Kalau saja,  ia tidak ingat sumpah tobatnya di kaki emak,  Ramadhan kemarin.  Pasti terjasi pertumpahan darah memakan korban nyawa manusia, entah Midun,  entah Jamal. Ilmu silat warisan kakeknya selalu minta korban. 

Biasanya dalam duel bromocorah hitam,  malaikat maut akan memilih menjemput nyawa petarung yang lemah nyali. 

Jamal meremas keras batang rokok yang dimainkan ditangannya dari tadi.  Sekejap hancur tanpa bentuk, tembakau dan cengkeh berhamburan kemana - mana.

 Saat tangan Jamal masuk ke jaket kulitnya. Tangan kiri Midun yang kidal sudah memegang gagang pistol bareta mungil yang disembunyukan  di selipan celana depan pusarnya. Siaga! 

Jamal mengangsurkan berlembar uang kertas warna merah ke tangan Midun. "Semua dua juta rupiah,  satu setengah juta untuk bayar hutangku.dan lima ratusnya bonus untuk kamu bertobat !", tegas Jamal kepada Midun.

Sebagai sesama Debt Collector, akhirnya preman gondrong ini paham hutang materi sebesar apapun bisa dibayar,  tetapi hutang budi seperti kepada juragan Aik yang setiapkali ia tersudut daei kejaran aparat,  selalu menyediakan kapal ikannya untuk sembunyi berminggu - minggu di lepas laut. 

Bebas merdeka itu barang mahal. Tak terhitung nilainya.  Sambil berjalan meninggalkan sejawat juga rivalnya yang terperangah diminta tobat.  Jamal melangkah riang,  bebas hutang dunia akherat. Membuat langkah kakinya ringan,  dadanya lapang.  Terima kasih Tuhan kau kembalikan hati nuraniku,tepat disaat rawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun