Mohon tunggu...
Aziz Husrin
Aziz Husrin Mohon Tunggu... mahasiswa

hobi menulis, olah raga dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

" TERUTAS BINGAS " part 3

4 Oktober 2025   19:15 Diperbarui: 4 Oktober 2025   19:26 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Pukul 08:30 aku mulai registrasi mengisi formulir data pribadi dan barang bawaan dengan menaru jaminan ktp yang di titipkan di pos regristasi. Harga untuk satu orang terbilang standar yaitu untuk satu hari pendaftaran mendaki dengan nominal 25k. Setelah melakukan regristasi aku mulai berjalan mendekati pintu rimba pendakian gunung Lawu via cemara sewu.

Estimasi pendakin jalur ini terbilang extrim dan tidak d sarankan bagi para pemula seperti aku ini, di karnakan jalur pendakian nya yang sangat curam juga bebatuan sepanjang perjalanan menuju pos 5 nanti. Tetapi ini bukan alasan kau untuk berhenti untuk putar balik, karena apapun rintanganya selagi masih dalam kondisi yang prima juga di dukungnya dengan mental yang kuat aku kan terus berjalan sampai puncak dan kembali dengan selamat.

Pintu rimba aku lewati dengan mengucapkan bismillah untuk memohon keselamatan dalam melakukan pendakian ini. Setelah melewati pintu rimba jalur cemoro sewu ini memang benar full susunan batu yang menanjak seperti tidak alami

pos 1 sangat tidak ramah, pos 2 apalagi , pos 3 alhamdulillah ada bonus landai tapi dikit banget, dan pos 4 adalah jalur yang sangat tidak bersahabat sekali. Terlalu curam untuk pemula seperti aku, jalur dengan kemiringan hampir 90 derajat dan bebatuan besar yang menjadi iconic jalur ini. Tetapi alaupun curam dan extrime aku di suguhkan pemandangan yang indah sebagai bonusnya. Aku berdiri setara dengan awan putih yang berselir silih berganti penampakan bukit Mongkrang pun terlihat jelas menemani keindahan nuansa di sore itu.

 medan jalan pos 4 yang menjadi keluhan untukku bahkan untuk semua pendaki yang melintas pos 4 ini karna curam dan berbatu abstrak. aku berlabuh di pos 5 ... sebuah perjalanan panjang, trek dengan kemiringan hampir 90 derajat itu cukup menguras tenaga dan mental.. sampai pada akhirnya sunside membuatku terkejut dan kabut pun ikut serta mendatangiku.. aku bergegas mendirikan tenda serta tak lupa pula untuk memasak. karna hawa yang semakin dingin, sudah berada di batas vegetasi dan udara yang semakin menipis itu sangat berbahaya... aku bergegas untuk mendirikan tenda dan memasak makanan hangat... seusai makan, aku tidur sampai pukul 03:00, aku terbangun lalu mencoba mengecek keadaan di luar, ternyata hal indah menghampiriku. dari bintang-bintang yang berkilau, dan keadaan gelap yang hening menemaniku seakan akan aku ini penyangga bagi kehidupan,,, bersorak ria hatiku mengucap asma Tuhan ,, hingga menjelang subuh, aku bersiap untuk summit, menyeduh kopi, membawa haedlamp dan pakaian hangatku.

Aku bergegas keluar dan berjalan sekitar 15 menit ke arah puncak.. sampai akhirnya, aku menapakkan kaki di puncak lawu 3250 mdpl. Begitu indah alam semata ini, membuat terdiam sejenak, untuk mengapresiasi diriku sendiri dan puncak lawu menjadi saksi bisu tentang manusia yang memiliki idiologi yang abstrak, sifat yang tak terbentuk, tujuan yang benar-benar kosong dan sebuah ambisi yang hampir padam ....

Entah dalam perjalanan ini, aku masih sangat lugu, ambisiku masih menetap pada puncak yang seharusnya aku turun, yang seharusnya tujuanku itu kembali, bukan menetap pada atap yang aku pun sudah mencicipi dinginnya batas vegetasi, dan bisa saja aku mati jika aku tetap berada di sana.

          Pada akhirnya aku menyadari dalam sebuah perjalanan ini. Aku merasakan sebuah tujuan yang kaki ini butuh pemberhentian, badan ini butuh serapan" kehangatan dari lapisan kain yang tebal, dan otak ini butuh sebuah pemahaman dari keadaan sekitar. yang mungkin membuatnya berpikir, bahwa ketenangan itu sebuah nikmat yang tidak semua orang bisa merasakan hal itu.

Namun dalam hal itu tidak lain adalah " konsep seorang anak muda yang memiliki tujuan untuk tumbuh, sebuah pengalaman-pengalaman misterius dan tragedi yang tak pernah di  inginkan. dalam kehidupnya harus merasakan sebuah kepahitan yang tak pernah dia duga akan terjadi ke dalam hidupnya, ke ambangan pencapaian yang dia rasa itu hampa, jiwanya terhempas dalam savana luas dan ke sendiriannya terpendam dalam arca batu.

Mendakilah sampai kau bisa melewati batas vegetasi, mendakilah dengan langkah kaki yang kau pun sanggup untuk kembali, puncak adalah destinasi perjalanan lelah, tapi kembali turun sebuah kewajiban untuk mempelajari arti dari sebuah pengalaman.

Entah aku harus pergi dengan siapa, sudah terlalu biasa bagiku menjalani kesendirian ini, kusadari alurku deras, tiupan anginku membekas, naluriku terkuras lepas, dan hatiku sulit ku utas. Menuliskan sebuah tinta di atas kertas lebih mudah bagiku. dari pada harus mencari kuping yang tak bisa mendengar uraian-uraian cerita bekas.

Aku membutuhkan sebuah energi. Karena selama ini, sepertinya energi yang aku serap semuanya negatif dan menjadikan itu sebuah keadaan yang membuatku lelah. Semua kacau, kondisinya runyam, menyebabkan sebuah tragedi yang membungkam  mentalku dan penghinaan terhadap pola pikirku.

Aaakkkhhhh.. siall!!!

Terpojok isi hatiku di tengah  bintang yang bersinar mengkilap. membuatku tersadar dari keredupan yang mulai aku jamah. ternyata tak hanya energi negatif, energi positif pun tidak pantas dan tidak cocok untukku serap... ia terlalu rumit, hingga sulit untukku berkomit. kontribusiku tidak dapat di bandingkan, ke setaraan ku di bawah manusia normal, sifatku tak terbentuk dengan semestinya, aku membutuhkan sebuah hasrat netral dalam hidupku. Yang benar-benar paham akan tentang sebuah kesederhanaan, yang mengerti apa arti dari sebuah toleransi dan sikap yang manusiawi... belum pernah aku merasakan energi semacam itu, entah  ke mana dan di mana energi semacam itu harusku cari... inginku merasakan dan berbicara dengannya, inginku curahkan sebuah air yang deras, tanpa sebuah alas yang menapaki bumi, namun aku mengerti semua itu tidak mungkin pernah terjadi.

Aku duduk di tepi tempat tidur, lalu mata ku menatap redup ke dalam cermin. isi hati ku berata dengan tatapan membakar hati. Emosiku terbentuk, marahku mengetuk, namun luka ini sulit kututup. Aku masih merasakan sakitnya, seperti bara api yang membakar hatiku.

Tiba-tiba, aku teringat kata-kata yang pernah dikatakan oleh sahabatku. "Tak perlu banyak quotes untuk menumbuhkan gairahmu, tak perlu juga seribu motivasi logis dalam harimu, cukup seutas kata, dan kau melakukannya!"

Aku mencoba mengingat kata-kata apa yang pernah membangkitkan semangatku. Dan kemudian, aku teringat kata-kata yang pernah dikatakan oleh ibuku ketika aku masih kecil. "Aku percaya padamu, kamu bisa melakukan apa saja."

Kata-kata itu seperti mantra yang membangkitkan semangatku. Aku merasa seperti ada kekuatan baru yang mengalir dalam tubuhku. Aku berdiri dan memandang ke cermin, melihat mata yang berbeda, mata yang penuh semangat dan tekad.

Aku tidak perlu banyak kata-kata untuk memulai sesuatu yang baru. Cukup satu kata, satu motivasi, satu semangat yang membara dalam hatiku. Aku akan melangkah maju, meninggalkan luka-luka di belakang, dan menemukan kekuatan baru dalam diriku sendiri.

Dengan satu kata, satu semangat, aku akan melakukan apa saja untuk mencapai impianku. Aku akan melangkah maju, tanpa ragu-ragu, tanpa takut. Karena aku tahu, aku bisa melakukan apa saja jika aku percaya pada diriku sendiri.

"emosiku terbentuk, marahku mengetuk, namun luka ini sulit kututup"

"tak perlu banyak quotes untuk menumbuhkan gairahmu, tak perlu juga seribu motivasi logis dalam harimu , cukup seutas kata, dan kau melakukannya !'

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun