Di tengah modernitas Jakarta yang terasa tak pernah tidur, berdiri sebuah bangunan sunyi yang menyimpan kisah panjang tentang iman, identitas, dan penjajahan. Gereja Sion, yang merupakan salah satu gereja tertua di Jakarta sekaligus salah peninggalan kolonial yang masih digunakan hingga saat ini. Serta menjadi pintu masuk bagi siapa pun yang ingin menjelajah sejarah Jakarta lebih dari sekadar permukaannya.
Menyusuri Akar Sejarah: Dari Kolonialisme hingga Jemaat Portugis
Gereja Sion dibangun pada 19 Oktober 1693 pada masa kejayaan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau perusahaan dagang Belanda yang kala itu menguasai Batavia. Bangunan ini awalnya didirikan sebagai 'Portugese Buitenkerk' atau 'Gereja Luar Portugis'. Gereja yang diperuntukkan bagi komunitas keturunan Portugis atau Mardijkers yaitu mantan budak yang telah dibebaskan dan memeluk agama Kristen Protestan. Komunitas ini ditempatkan di luar tembok kota Batavia oleh pemerintah kolonial namun justru dari 'pinggiran' inilah hadir tempat ibadah yang berdiri kokoh sebagai simbol keteguhan dan keberanian dalam menghadapi perlakuan diskriminatif atau perbedaan status sosial.
Arsitektur dengan Kesederhanaan dan Keanggunan
Secara arsitektural, Gereja Sion dibangun dengan struktur yang dominan oleh batu bata merah dan kayu jati. Bangunan ini juga memiliki ventilasi besar untuk aliran udara dan atap yang cukup tinggi. Interiornya terkesan bersahaja, namun tetap mengagumkan. Di sekitar altar, terdapat batu-batu nisan berusia ratusan tahun yang menjadi pengingat bahwa tempat ini bukan hanya ruang peribadahan, tapi juga makam para tokoh penting di masa kolonial. Suasana ini membawa kita bernostalgia akan masa lampau yang bermakna.Â
Pada area dalam gereja, terdapat mimbar dari kayu jati ukir masih berdiri di tengah ruang utama yang diapit oleh deretan bangku kayu panjang yang memberikan kedalaman dan khidmat dalam persembahan doa. Di sisi lainnya pada lantai kedua, kita akan melihat sebuah alat musik klasik yang masih dipertahankan meskipun saat ini sudah tidak lagi berfungsi secara penuh.Â
Gereja Sion sebagai Penjaga Memori Kota
Gereja Sion bukanlah sekadar tempat ibadah namun juga menjadi penjaga memori kolektif di Jakarta. Di bangunan tua yang sedikit mulai rapuh ini, tersimpan kisah tentang kekuasaan, migrasi, dan akulturasi budaya. Meski telah melewati zaman penjajahan, pendudukan Jepang, hingga kemerdekaan Indonesia, Gereja Sion tetap berfungsi sebagai rumah ibadah. Bahkan kini, jemaat Protestan masih beribadah secara rutin di sini untuk menjaga nyala spiritual di Kota Jakarta.