Hampir satu jam berada di Danau Asmara, kami kemudian kembali ke rumah Victor dan selanjutnya berpamitan untuk pulang. Saya dan bang Azam kembali ke Pulau Adonara, sedangkan yang lainnya kembali ke Larantuka.
Perjalanan pulang penuh haru, oleh kebaikan hati keluarga disana. Tak hanya dijamu dengan tangan terbuka saat kami datang, lambaian tangan tanda perpisahan disertai dengan pemberian oleh-oleh berupa jagung muda, dan sayur mayur untuk kami. Momen perpisahan ini di abadikan dengan baik melalui sebuah foto, sebagai bukti kekerabatan, dan kekeluargaan.
Kopi telah habis kami teguk, saatnya untuk kembali melanjutkan perjalanan pulang. Sebelum tiba di kota Nagi, hujan pun turun dengan lebat membasahi raga. Tak kuasa menahan dingin, sampai ke kediaman bang Maksi. Hari semakin gelap. Tidak mau berlama-lama, kami segera pamit untuk kembali ke Adonara.
Setelah menyeberangi laut, perjalanan kembali kami lanjutkan dengan mengendarai sepeda motor. Kendatipun begitu lelah menyusuri jalan panjang berliku, ada kisah cinta yang menggugah hati. Kisah yang membuat perjalanan panjang, terasa begitu dekat, sebab penuh makna. Kisah itu hadir dari seorang yang telah menjadi teman perjalanan selama tour Literasi di Danau Asmara. Dia adalah bang Azam Putra Lewokeda.
Catatan perjalanan oleh Oktavianus Bali Adonara----Pegiat Literasi Asal Honihama Adonara---Februari 2019