Dari mulai kentut hingga asap tebal kami tebar
Dari mulai busa sabun mandi plastik bekas itu dan ini, hingga caci maki
Kami larung
Begitu pula aku sendiri
Berteriak di pinggir kapal yang merapat pada suatu pulau pada suatu akhir pekan
Berteriak dan melarung sampah-sampahku yang ku hasilkan dari diri sendiriÂ
pada perutmu
Kularung dan kutebar sampahku sendiri
Aku merengek bagai bayi
Meronta bagai papa
Tentang masa lalu yang begitu hina
Tentang masa depan yang entah bagaimana
Tentang hutang yang belum terbayar
Tentang popok dan susu formula
Tentang bensin, listrik, air bersih
Tentang bisikan-bisikan tetangga
Tentang baliho-baliho yang bertebar di pinggir jalanÂ
Tentang janji dan buai manis calon penguasa
Tentang hukuman mati yang bisa diganti dengan enaknya
Tentang guru gila, murid tak tahu diri
Tentang mertua yang suka mencerca
Tentang orangtua yang sering mencela
Tentang saudara yang selalu iri dengan kebahagiaan saudaranya
Tentang hidup di kotaku yang sudah begini peliknya
Tentang peluncuran pesawat luar angkasa negeri tetangga
Atau masih banyak sampah-sampah yang ku hasilkan setiap harinyaÂ
Untuk kau dengarkan
Maka aku ingin meminta ribuan maaf  meminta ribuan ampun
Maafkan jika kau hanya jadi tempat manusia membuang segala macam sampahnya sendiri
Maafkan jika aku membuang sampahku
Dalam perutmu
Bukan manusia namanya
Jika tidak menghasilkan sampah bagi semesta
Apa benar begitu? Ibu Samodra? Bapak Angkasa?Â
Ampunilah kami, anak-anakmu yang durhaka
Pulau Bulat, 27 Agustus 2023