Mohon tunggu...
Ayu SittaDamayanti
Ayu SittaDamayanti Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang ibu rumah tangga jebolan ilmu hukum, pecinta sastra dan parenting

Ibu rumah tangga dan dunianya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bersinergi dalam Kurikulum Merdeka

2 April 2023   07:30 Diperbarui: 2 April 2023   07:50 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto : Kemendikbudristek)

Iman tanpa ilmu bagaikan lentera di tangan bayi, namun ilmu tanpa iman bagaikan lentera di tangan pencuri.

~Buya Hamka~

Belajar tak mengenal batasan, sepanjang hayat. Berlaku pula dalam kehidupan sebagai orang tua dalam menemani tumbuh kembang buah hati tercinta.

Terlebih ketika sang buah hati telah memasuki bangku sekolah. Mulai dari memilih sekolah yang tepat bagi sang anak hingga turut mempelajari kurikulum yang dipakai di sekolah yang terkesan berubah-ubah. Namun, jika ingin mengikuti perkembangan zaman, maka perubahan kurikulum memang sangat diperlukan. Tinggal bagaimana sang pemangku kebijakan dapat menyusun kurikulum yang tepat disesuaikan antara perkembangan zaman dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budi pekerti yang sesuai dengan norma yang berlaku di negeri Indonesia yang berbudaya ini.

Setelah para orang tua terutama ibu diuji ketika pandemi melanda yang mengharuskan menjadi guru dadakan dalam pendidikan formal bagi sang anak guna membersamainya mengejar ilmu pengetahuan di tengah keterbatasan, kini para orang tua harus memahami konsep kurikulum terbaru yakni kurikulum Merdeka.

Merdeka Belajar  memilki  tujuan secara garis besar agar  anak dapat memiliki kemampuan berpikir kritis, memiliki kreativitas, kemampuan dan keterampilan berkomunikasi serta membuat anak memiliki kemampuan bekerja sama dan berkolaborasi dengan sekitarnya agar kelak tumbuh menjadi insan yang memiliki pemikiran matang, bijak dan cermat, dan yang paling penting adalah memegang teguh nilai-nilai budaya bangsa yang tertanam dalam Pancasila. 

Tugas pemerintah dalam menyosialisasikan segala program kurikulum baru dengan baik kepada seluruh pihak yang terkait. Tak lupa melibatkan mereka dengan aktif dan berkesinambungan. Terutama mengoptimalkan peran orang tua didalamnya untuk mendukung kesuksesan pembangunan generasi baru yang tangguh dan berbudi luhur.

Menjadi guru adalah fitrah orang tua untuk anak-anaknya, menjadi suri tauladan, membekali ilmu baik dari contoh perbuatan, motivasi, menyediakan kebutuhan gizi dan fasilitas belajarnya hingga menyekolahkan mereka ke jenjang pendidikan sesuai minat dan bakat sang anak adalah kewajiban yang tak bisa ditawar.

Mendampingi perkembangan pola pikir sang anak di tengah era globalisasi yang memudahkan anak mengakses pengetahuan dari luar tidaklah mudah. Terkadang ketika dari rumah sang anak memiliki pendidikan yang cukup baik, ternyata ketika di lingkungan bermainnya terdapat anak-anak lain yang mendapat asupan nilai-nilai kehidupan yang tak baik dari lingkungan keluarganya maka itu ibarat virus yang mudah menyebar. Masalahnya, tak semua orang tua paham tanggung jawab utamanya terhadap anaknya tak hanya sebatas kebutuhan materi berupa harta benda.

Sadar akan hal tersebut, dalam kurikulum merdeka belajar ini diharapkan bukan hanya fokus pada pembangunan generasi yang pandai dalam ilmu pengetahuan namun juga harus seimbang dengan penanaman nilai-nilai budaya bangsa. Adab yang baik sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan. Sehingga generasi ini akan tumbuh menjadi generasi yang cerdas dan berkarakter baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun